Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Kekeringan di Gunungkidul Dimanfaatkan Jadi Sumber Penghasilan

Kompas.com - 30/07/2019, 11:59 WIB
Markus Yuwono,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dusun Gunungkunir, Desa Candirejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, memang dikenal dengan wilayah tandus dan perbukitan.

Namun, warga di lokasi tersebut tidak patah arang dengan kondisi kekeringan tersebut.

Warga justru memanfaatkan kondisi tersebut untuk menambah penghasilan dan meningkatkan kesejahteraan.

Kepala Dusun Gunungkunir Sumanto mengatakan, wilayahnya merupakan daerah tandus, sehingga setiap musim kemarau, praktis tanah tidak bisa ditanami.

Warga hanya mengandalkan tadah hujan untuk mengairi ladang, karena berada di wilayah perbukitan karst.

"Setiap musim kemarau hanya dibiarkan atau ditanami tanaman keras seperti pohon jati dan mangga," katanya saat ditemui, Senin (29/7/2019).

Tanaman bernilai ekonomis

Namun, sejak dua tahun terakhir, pihaknya didampingi lembaga Kebun Insinyur melakukan perubahan besar.

Tanah yang sebelumnya kering dan tidak banyak dimanfaatkan, dirubah menjadi wilayah yang memiliki kebun buah dengan tanaman kelengkeng dan durian yang bernilai ekonomis.

Pengembangan kebun buah ini memberikan banyak manfaat, karena bisa membantu dalam upaya peningkatan kesejahteraan.

"Tanaman buah bisa tumbuh subur dan sekarang untuk kelengkeng sudah mulai berbuah. Ada yang 3 kilo dan 4 kilogram per pohonnya. Untuk jenisnya Itoh dan New Cristal," ucapnya.

Menurut dia, untuk penyiraman menggunakan air PDAM yang mengalir. Sistem yang didesain membuat setiap pohon tidak memerlukan air yang banyak.

"Paling seminggu satu kali, untuk yang dilakukan penghormonan, sehari sekali paling satu ember," ucap Sumanto.

Koordinator Lembaga Kebun Insinyur Iriawan menjelaskan, pengembangan kebun buah ini sudah dirintis sejak dua tahun lalu. Untuk saat sekarang, tanaman kelengkeng pengembangannya berjalan baik karena mulai berbuah.

“Ya kita kembangkan bukan sembarang buah, karena panen tanpa mengenal waktu, bisa sepanjang musim. Ini sudah melalui proses inovasi teknologi, sehingga pengembangan dikenal dengan kebun buah penghormonan," ujar Iriawan.

Penghormonan yang dimaksudkan adalah dengan melakukan rekayasa genetik pada pohon dengan menyiramkan dipangkal pohon menggunakan cairan hormon yang sudah dikembangkan.

Dengan cara itu, pohon tersebut akan berbuah tidak mengenal musim.

Peningkatan kesejahteraan

Selain di Semanu, kebun buah juga dikembangkan di Kecamatan Patuk. Untuk total lahan yang dikembangkan mencapai 32 hektare.

Pengembangan kebun buah ini dinilai, akan meningkatkan pendapatan dari para petani.

Pembuatan kebun buah dengan dua jenis tanaman, yakni durian dan kelengkeng. Kedua benih yang ditanam merupakan jenis super, karena memiliki harga jual yang diatas rata-rata.

Untuk durian, jenis yang ditanam ada beberapa varietas mulai dari musang king, durian hitam dan bawor.

Pendiri Yayasan Mahisa Agni Yogyakarta Wahyu Purwanto mengatakan, pemilihan Gunungkunir sebagai percontohan, karena wilayah ini daerah miskin.

Untuk pengembangan kebun buah, pihaknya memiliki teknologi sehingga dapat mengatasi masalah terhadap budidaya. 

Tujuan lain pengembangan juga sebagai pendukung potensi wisata di Gunungkidul yang selama ini masih mengacu pada panorama keindahan alam.

"Salah satunya kan masalah panen, dengan teknologi penghormonan, durian atau kelengkeng yang ditanam bisa dipanen tanpa mengenal musim," kata Wahyu.

Wahyu mengatakan, potensi Gunungkidul cukup besar, baik dari sisi sumber daya alam maupun potensi lain. Bahkan, daerah tersebut merupakan luasan wilayah terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta dan memiliki laut yang cukup luas.

Menurut Wahyu, hal yang perlu dipikirkan yakni bagaimana memanfaatkan potensi alam untuk mendorong pendapatan daerah.

"Saya sudah pernah menjabat Rektor UGK, sehingga bisa memahami tentang potensi Gunungkidul," ucap Wahyu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com