Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/07/2019, 16:49 WIB
Ghinan Salman,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Pertama, ruang terbuka hijau di Surabaya terus bertambah dan jumlah taman untuk ruang terbuka hijau mencapai 500 taman lebih. Tahun ini, kata Eri, taman yang sudah dibangun sekitar 20 taman.

Kedua, sejak 2012 lalu Pemkot Surabaya mengatasi polusi udara dengan memasang tanaman lidah mertua di trotoar-trotoar jalan untuk mengatasi polusi di jalan-jalan yang padat dilalui kendaraan.

"Tahun 2012 kita sudah menaruh (lidah mertua) di jalan untuk penyerapan polusi udara tinggi. Pemanfaatannya kita tanam (lidah mertua) ke tong bekas yang dicat warna-warni. Penyerapannya sangat tinggi terhadap karbon dioksida," kata Eri.

Sementara yang ketiga, Eri mengatakan, Dinas Perhubungan Surabaya selalu mengadakan tes terhadap polusi kendaraan dengan melakukan uji emisi.

"Terbukti sekarang, meski kendaaran meningkat tapi kondisi udara tetap terjaga. Uji emisi yang selalu rutin dilakukan juga membantu untuk itu (mengatasi polusi)," tutur Eri.

Lantas, mengapa kualitas udara di Surabaya bisa lebih baik dari Jakarta?

Eri mengaku, banyaknya taman yang dibangun Pemkot Surabaya sangat membantu terhadap kualitas udara. Termasuk berbagai jenis tanaman yang ditanam di setiap sudut jalan maupun taman di Surabaya.

Di samping itu, kesadaran masyarakat yang peduli terhadap kualitas udara dan pengelolaan sampah menjadikan kondisi udara di Surabaya terus mengalami peningkatan.

"Kesadaran terhadap lingkungan ini kita jalankan sejak Bu Risma masih menjabat kepala dinas kebersihan. Bu Risma ikut mengedukasi masyarakat untuk peduli terhadap kualitas udara dan bagaimana dengan pengelolaan sampah, itu yang sebenarnya kita terapkan. Hasilnya ya seperti ini," ujar dia.

Namun, Eri menegaskan kualitas udara di Surabaya tidak untuk dibandingkan dengan daerah lain. Sebab, apa yang dilakukan Pemkot Surabaya, kata dia, semata-mata untuk mengurangi polusi udara.

"Sehingga tidak mungkin dibandingkan dengan daerah lain. Namun yang pasti, hasil yang dilakukan Pemkot Surabaya bisa dirasakan sekarang," imbuhnya.

Baca juga: Risma Akan Perbanyak Bunga Tabebuya Beragam Warna di Surabaya, Ini Tujuannya

Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini akan menyulap Kota Pahlawan menjadi kota taman sepenuhnya.

Tahun lalu, Risma sudah membangun 70 lebih taman baru di berbagai sudut kota. Sementara tahun ini, ia akan membangun banyak taman lagi dengan lahan yang lebih luas.

"Se- Kota Surabaya ini kita buat menjadi taman. Tujuannya memang untuk lingkungan. Supaya kualitas udara di Surabaya bagus. Seluruh kota akan kita tanami bunga," ujar Risma.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com