Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Depi, Bocah 9 Tahun, Tegar Menemani Ayah yang Lumpuh

Kompas.com - 28/07/2019, 08:24 WIB
Dani Julius Zebua,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

Atau menyediakan makan untuk Sakijo maupun Depi. “Kami giliran karena sambil juga menjaga orangtua,” kata Jasman.

Sekalipun banyak mendapat perhatian, Sakijo mengaku belum memiliki gambaran pasti atas masa depan dan hari tuanya, apalagi masa depan Depi.

Terlebih, karena kini ia tak lagi memiliki penghasilan. Satu-satunya yang menjadi tumpuan hanyalah bantuan tunai dari Dinas Sosial Kulon Progo.

Itu pun sudah menipis. Masa depan Depi pun jadi taruhan.

Khusus untuk Sakijo, kini perhatian baru sebatas bantuan dari Dinas Sosial Kulon Progo sebesar total Rp 15.000.000, yang diterima secara bertahap setiap bulan sejak ia jatuh. 

Tapi, ia tak putus harapan. Depi, gadis kecilnya, tentu tak boleh putus sekolah.

“Sempat terpikir akan saya minta bantuan dan titipkan pada adik saya yang ada di Jakarta,” kata Sakijo.

Risiko pemanjat kelapa

Kepala Dukuh Tangkisan 3 Riana Heni Suyanti mengatakan, risiko penyadap nira memang begitu tinggi. Produksi gula kelapa ini pun jadi terasa tidak sebanding dengan risiko para penderes nira. 

“Apalagi kalau musim penghujan pohon menjadi licin dan perlu sangat hati-hati,” kata Riana via pesan singkat.

Baca juga: Menoreh Night Festival, Ajang Atraksi Wisata Budaya Andalan Kulon Progo

Ia mengungkapkan, apa yang menimpa Sakijo merupakan tragedi penyadap jatuh dari pohon yang terjadi dalam kurun 2 tahun belakangan.

Menurutnya, ini bukan satu-satunya. Kejadian serupa juga terjadi pada 2 penderes lain di dua dusun sekitar Tangkisan 3. 

Tangkisan 3 sendiri terdiri dari 315 kepala keluarga. Mayoritas mereka bekerja sebagai penderes nira kelapa, yakni suami menyadap nira, sedangkan sang istri memasak gula.

Masing-masing penderes bisa naik kelapa lebih dari 20 pohon dalam satu hari. Itu dilakoni pagi dan sore hari. “Bisa sampai 75 persen adalah penderes,” kata dia.

Mereka mampu menghasilkan 0,5 kilogram gula merah dari 1 pohon yang dipanjatnya pagi dan sore. 

Begitu minim hasilnya, membuat penderes tidak melulu bekerja menderes dan menghasilkan gula kelapa.

Penderes juga bekerja yang lain demi memperoleh penghasilan lebih baik, misal bertani, buruh bangunan, peternak hewan, hingga pengangkut kayu glondongan.

“Jadi, tidak murni hanya menderes saja,” kata dia.

Ia menambahkan, rata-rata usia penderes sekitar 30 sampai 55 tahun. Sangat jarang ditemui penderes dengan usia muda, apalagi belia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com