Namun, semakin lama, ia melihat rasa dendam terhadap suami tidak akan menyelesaikan masalah. Selain itu, rasa minder yang menderanya pun tidak akan mengubah status HIV positifnya.
“Orang tahu saya tertular dari suami. Tapi, suka ada orang yang berkarta, kamu dulunya nakal sih dan lain-lain,” ucap dia.
Baca juga: Peringati Hari Anak, Ganjar Ajak Anak dengan HIV/AIDS Bermain Bola
Setelah memaafkan suami, Isye mulai membuka diri. Dukungan kepadanya mulai berdatangan, namun ada juga yang memberikan stigma.
Meski stigma kerap menghampiri perjalanan hidupnya, ia bertekad menjalani hidup dengan bekerja dan mengurus keluarga.
Saat ini, anak pertamanya sudah menginjak semester III di salah satu perguruan tinggi di Bandung dan anak keduanya baru masuk SD.
“Mereka negatif (HIV),” tutur dia.
Baca juga: Di Daerah Ini, Pelajar Lebih Banyak Tertular HIV/AIDS dibanding PSK
Suami kedua meninggal pada tahun 2018.
“Sekarang saya single parent. Tidak mudah, tapi saya dan anak-anak menjalaninya dengan baik,” ucap dia.
Selain mengurus anak-anaknya, isye juga aktif di Rumah Rumah Cemara dan bekerja di Female Plus sebagai pendukung sebaya. Dari pekerjaannya di LSM inilah, ia bisa menghidupi keluarganya.
Baca juga: 5 Fakta Ancaman HIV/AIDS di Grobogan, 1.153 Orang Positif hingga Seorang Dokter Terjangkit
Isye bersama tim akan mewakili Indonesia untuk berlaga di Cardiff City, Inggris, pada 27 Juli-3 Agustus 2019.
Perjuangan Isye untuk gabung di timnas HWC 2019 tidak diperoleh dengan mudah. Ia memulainya pada 2013 saat menjuarai pertandingan sepak bola tingkat Jabar.
Isye akan diberangkatkan dengan tim HWC lain pada 2014 tetapi batal.
Tak mau menyerah, ia kemudian ikut seleksi pada 2019 dan menjadi peserta perempuan satu-satunya.