Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Isye yang Tertular HIV dari Suami, Ingin Banting Kaca hingga Bangkit lewat Sepak Bola

Kompas.com - 26/07/2019, 07:20 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Perjuangan Isye Susilawati dimulai sejak akhir 2005, saat perempuan berjilbab tersebut divonis HIV positif.

Selama 14 tahun dia menjalani hidup sebagai ODHA dan pada tahun 2019, Isye terpilih sebagai satu-satunya wanita dalam tim nasional Homeless World Cup ( HWC) 2019.

Isye bersama tim akan mewakili Indonesia untuk berlaga di Cardiff City, Inggris, pada 27 Juli-3 Agustus 2019.

Berikut 7 fakta tentang Isye, penyintas HIV AIDS yang berhasil berangkat ke Inggris untuk ikut turnamen sepak bola:

 

1. Tertular dari suami pengguna narkoba

ilustrasi narkobashutterstock ilustrasi narkoba
Tahun 2015 Isye divonis HIV positif. Ia tertular dari suaminya, pengguna narkoba dengan jarum suntik.

Suami Isye meninggal pada 2011.

Badan Isye sempat kurus kering jingga membuatnya enggan melihat kaca. Ia mengaku kalau melihat kaca, ia ingin membanting kaca tersebut.

Puncaknya, saat ia mengalami diare akut dan kandidiasis oral selama tiga pekan. Berat badannya turun 23 kilogram dari 50 kilogram menjadi 27 kilogram.

Saat-saat terberat ini dilaluinya bersama keluarga, terutama anaknya yang saat itu masih berusia 5 tahun.

Baca juga: Cerita Isye, Tertular HIV, Melawan Stigma, hingga Wakili Indonesia di HWC

 

2. Didampingi anak dan keluarga

Ilustrasi aktivitas ibu dan anakThinkstock Ilustrasi aktivitas ibu dan anak
Saat-saat terberat ini dilalui Isye bersama keluarga, terutama anaknya yang saat itu masih berusia 5 tahun.

Anak terbesarnya inilah yang merawat Isye dan rajin mmeberinya obat.

Semakin besar, anaknya pula yang mengingatkan Isye untuk meminum ARV dan cek rutin ke dokter.

“Dia yang tahu saya saat ngedrop. Dia yang selalu memberikan obat. Dia yang menjadi motivasi saya untuk bertahan sampai sekarang. Dia pernah berkata, Bunda harus bisa melihat kakak sampai dewasa, kuliah,” ungkap Isye, dengan mata berkaca-kaca.

Baca juga: Terdapat 949 Kasus HIV/AIDS di Kendal, Kaliwungu Tertinggi

 

3. Memaafkan suami

Ilustrasi suami istri saling berpelukanSHUTTERSTOCK Ilustrasi suami istri saling berpelukan
Berkat anaknya, Isye bisa menerima penyakitnya dengan ikhlas tanpa merasa benci pada suaminya yang menularkan HIV.

Menurutnya, pada awal divonis HIV, kerap ada kalimat, “Gara-gara kamu (suaminya), saya jadi seperti ini”.

Namun, semakin lama, ia melihat rasa dendam terhadap suami tidak akan menyelesaikan masalah. Selain itu, rasa minder yang menderanya pun tidak akan mengubah status HIV positifnya.

“Orang tahu saya tertular dari suami. Tapi, suka ada orang yang berkarta, kamu dulunya nakal sih dan lain-lain,” ucap dia.

Baca juga: Peringati Hari Anak, Ganjar Ajak Anak dengan HIV/AIDS Bermain Bola

 

4. Mendapat stigma

Ilustrasi HIV/AIDSSHUTTERSTOCK/NITO Ilustrasi HIV/AIDS
Setelah memaafkan suami, Isye mulai membuka diri. Dukungan kepadanya mulai berdatangan, namun ada juga yang memberikan stigma.

Meski stigma kerap menghampiri perjalanan hidupnya, ia bertekad menjalani hidup dengan bekerja dan mengurus keluarga.

Saat ini, anak pertamanya sudah menginjak semester III di salah satu perguruan tinggi di Bandung dan anak keduanya baru masuk SD.

“Mereka negatif (HIV),” tutur dia.

Baca juga: Di Daerah Ini, Pelajar Lebih Banyak Tertular HIV/AIDS dibanding PSK

 

5. Menikah dengan peyintas HIV

Ilustrasi HIV/AIDSSHUTTERSTOCK/HAFIEZ RAZALI Ilustrasi HIV/AIDS
Beberapa tahun setelah suaminya meninggal dunia pada tahun 2011, Isye kembali menikah dengan sesama penyintas HIV dan dikaruniai satu anak.

Suami kedua meninggal pada tahun 2018.

“Sekarang saya single parent. Tidak mudah, tapi saya dan anak-anak menjalaninya dengan baik,” ucap dia.

Selain mengurus anak-anaknya, isye juga aktif di Rumah Rumah Cemara dan bekerja di Female Plus sebagai pendukung sebaya. Dari pekerjaannya di LSM inilah, ia bisa menghidupi keluarganya.

Baca juga: 5 Fakta Ancaman HIV/AIDS di Grobogan, 1.153 Orang Positif hingga Seorang Dokter Terjangkit

 

6. Ikuti turnamen sepak bola di Inggris

Ilustrasi sepak bola.shutterstock Ilustrasi sepak bola.
Isye aktif berolahraga. Bahkan ia terpilih menjadi satu-satunya wanita dalam tim nasional Homeless World Cup ( HWC) 2019.

Isye bersama tim akan mewakili Indonesia untuk berlaga di Cardiff City, Inggris, pada 27 Juli-3 Agustus 2019.

Perjuangan Isye untuk gabung di timnas HWC 2019 tidak diperoleh dengan mudah. Ia memulainya pada 2013 saat menjuarai pertandingan sepak bola tingkat Jabar.

Isye akan diberangkatkan dengan tim HWC lain pada 2014 tetapi batal.

Tak mau menyerah, ia kemudian ikut seleksi pada 2019 dan menjadi peserta perempuan satu-satunya.

Isye dinyatakan lolos dan akan segera bertolak ke Inggris untuk mengikuti pertandingan.

Baca juga: Di Grobogan , 77 Anak-anak Mengidap HIV/AIDS

 

7. Angkat isu perempuan HIV bisa berkarya

Ilustrasi HIV/AIDS masih memiliki harapan untuk tetap sehat.Freepik Ilustrasi HIV/AIDS masih memiliki harapan untuk tetap sehat.
Isye bersama tim akan mewakili Indonesia untuk berlaga di Cardiff City, Inggris, pada 27 Juli-3 Agustus 2019.

Selama seleksi dan latihan, Isye mengaku tidak pernah canggung walau semua anggota tim lainnya laki-laki. Ia tetap latihan serius mengocek bola dan berperan maksimal sebagai pemain depan.

Dalam HWC ini, Isye mengangkat isu perempuan HIV positif bahwa mereka tetap bisa berkarya.

“Jangan menyerah sehingga dipandang sebelah mata. Kita bisa bangkit sama seperti laki-laki,” kata dia.

Sumber : KOMPAS.com (Reni Susanti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com