Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trauma Tsunami, Warga di Banyuwangi Mengungsi Pasca-gempa Setelah Dengar Sirine dari Perusahaan Tambang

Kompas.com - 25/07/2019, 15:57 WIB
Rachmawati

Penulis

Suwoto, warga Pancer bercerita saat tsunami 1994, dia sempat melihat pada hari kejadian, sejak jam 3 sore, air laut yang seharusnya pasang tetap dalam kondisi surut hingga malam hari.

Surutnya air laut tersebut mengakibatkan banyak perahu nelayan kandas sehingga mereka tidak bisa melaut.

"Saya mbatin, pasti akan ada apa-apa. Air yang harusnya pasang, tetap surut. Sebelum tsunami juga tidak ada gempa karena saya belum tidur saat itu. Tiba-tiba saja air datang. Tingginya sekitar 7 meter. Cepat. Wusssh....hilang semua. Saat itu saya selamat karena terbawa air dan pegangan tong," katanya.

Eka Muharram Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Banyuwangi mengatakan ada sembilan alat Early Warning System (EWS) yang dipasang di wilayah pantai di Kabupaten Banyuwangi, namun hanya dua yang berfungsi.

"Dari total 175,5 kilometer garis pantai di wilayah Banyuwangi, paling tidak kita harus memiliki 15 alat pendeteksi dini tsunami karena alat tersebut hanya menjangkau sekitar setengah kilometer. Padahal banyak masyarakat Banyuwangi yang tinggal di pesisir, belum lagi di sini juga banyak wisata pantai," jelas Eka.

Menurut Eka, tujuh alat yang rusak merupakan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dipasang pada tahun 2013.

"Yang aktif hanya dua, satu di Pancer dan di Muncar. Setiap sebulan sekali alat tersebut akan dinyalakan pada tanggal 26 jam 10 pagi untuk dilihat apakah berfungsi atau tidak. Saat dinyalakan warga juga tahu bagaimana bunyi sirinenya sehingga mereka bisa waspada," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com