Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trauma Tsunami, Warga di Banyuwangi Mengungsi Pasca-gempa Setelah Dengar Sirine dari Perusahaan Tambang

Kompas.com - 25/07/2019, 15:57 WIB
Rachmawati

Penulis

KOMPAS.com - Galang Anggriawan (26), warga Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur bercerita bahwa dia harus mengantarkan ayah dan ibunya mengungsi saat merasakan getaran gempa pada Rabu (25/6/2019) pagi.

BMKG mencatat gempa terjad pada pukul 08.29 WIB dengan kekuatan 4,9 SR berpusat di Jembrana Bali. Guncangan gempa dirasakan hingga ke Banyuwangi

"Bapak ibu trauma dengan tsunami pada tahun 1994 lalu. Mereka meminta untuk mengungsi saat gempa," jelas Galang saat dihubungi Kompas.com Kamis (26/7/2019).

Selain Galang dan kedua orangtuanya, ratusan warga di Dusun Pancer juga memilih mengungsi ke beberapa bukit yang ada di wilayah desa yang berbatasan dengan Samudra Hindia.

Baca juga: Tanggapi Viral Potensi Tsunami Laut Selatan, BPBD DIY Keluarkan Video Imbauan

Kepanikan semakin bertambah setelah warga mendengarkan suara sirine yang mereka duga adalah bunyi peringatan tsunami.

"Masyarakat sempat panik karena sekitar 5 menit setelah gempa ada suara sirine. Suara itu yang membuat warga memilih untuk mengungsi," jelas Galang.

Dia sendiri sebenarnya tidak ingin ikut mengungsi tapi karena orangtuanya panik, ia kemudian memutuskan mengantarkan mereka ke tempat yang lebih aman.

Ratusan warga Dusun Pancer bertahan di tempat pengungsian hingga Kamis sore. Setelah itu sebagian dari mereka memutuskan untuk kembali ke rumahnya.

Namun gempa kembali dirasakan oleh warga Dusun Pancer. BMKG mencatat gempa berkekuatan 4.1 SR terjadi pada pukul 17.53 WIB. Pusat gempa berada di Jembrana, Bali.

Baca juga: 5.744 Desa Berpotensi Terdampak Tsunami, 584 Ada di Selatan Jawa

Gempa ketiga dirasakan pada pukul 20.17 WIB dengan kekuatan 5.3 SR berpusat di Nusadua Bali.

"Setelah gempa kedua banyak warga yang kembali mengungsi karena takut ada tsunami," jelasnya,

Galang menjelaskan kebanyakan warga yang menginap di pengungsian adalah perempuan dan anak-anak.

"Saya sama pemuda dan bapak-bapak pulang ke rumah jaga kampung," jelasnya.

Baca juga: Gempa Magnitudo 4,9 Guncang Bali, Tak Berpotensi Tsunami

 

Sirene dari perusahaan tambang emas

Warga saat melakukan simulasi bencana di Pantai Mustika di Dusun Pancer Kecamatan Pesanggaran, Sabtu (5/1/2019). Kawasan ini dulu merupakan kawasan pemukiman warga Dusun Pancer yang kemudian direlokasi setelah tsunami 1994. KOMPAS.com/IRA RACHMAWATI Warga saat melakukan simulasi bencana di Pantai Mustika di Dusun Pancer Kecamatan Pesanggaran, Sabtu (5/1/2019). Kawasan ini dulu merupakan kawasan pemukiman warga Dusun Pancer yang kemudian direlokasi setelah tsunami 1994.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Banyuwangi, Eka Muharram saat dihubungi Kompas.com, Kamis (25/7/2019) mengatakan bahwa sirine yang didengarkan warga bukan berasal dari alat deteksi tsunami, Early Warning System (EWS) yang dipasang di Pantai Pancer.

Namun sirine yang berbunyi adalah milik perusahaan tambang emas yang ada di Kecamatan Pesanggaran yang dibunyikan setelah gempa terjadi untuk peringatan pekerjanya di area tambang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com