Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Suryo, Merintis Usaha hingga Jatuh Cinta pada Bulu Kelinci

Kompas.com - 20/07/2019, 07:00 WIB
Sukoco,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Dalam setahun, kelinci yang dipelihara Suryo mampu beranak 4 kali dengan jumlah anakan mencapai 3 hingga 5 ekor. Dari 1 ekor kelinci, peternak bisa menyisihan 4 ekor kelinci untuk indukan, yang akan mulai berporduksi dari umur 7 bulan hingga umur 2 tahun.  

“Sekarang bisa menjual 160 ekor per bulan dengan bobot 2,5 kilogram per ekor. Harga per kilo Rp 40.000. Sebulan bisa menghasilkan Rp 16 juta,” kata Suryo.

Baca juga: Cerita Adilta, Merintis Usaha di Balik Musik Cadas Kota Medan

Pemanfaatan bulu kelinci

Selama ini, di Magetan, kulit kelinci hanya dibuang dan menjadi limbah setelah diambil dagingnya oleh para pedagang. Namun, bagi Suryo, kulit dan bulu kelinci menjadi bahan baku produksi untuk diolah kembali.

Kecintaan terhadap bulu kelinci mengingatkan Suryo pada aksesoris bulu kelinci yang dikenakan pramugari.

“Waktu ke Finlandia saya melihat pramugari disana menggunakan sarung tangan bulu, bulunya itu dari kulit kelinci,” kata Suryo.

Dari 4 pedagang kelinici kenalannya, Suryo mengaku mampu mendapat 200 lembar kulit kelinci setiap hari. Padahal, di Kabuaten Magetan diperkirakan ada sekitar 40 pedagang kelinci yang melayani kebutuhan daging kelinci di Magetan dan sejumlah kota lainnya.

Agar limbah kulit kelinci tak terbuang percuma, Suryo berupaya berburu ilmu penyamakan kulit di Lingkngan Industri Kulit LIK Magetan. Sayangnya, meski LIK di Magetan sudah termasuk industri skala besar untuk penyamakan kulit sapi, LIK tidak memiliki teknologi untuk penyamakan kulit kelinci.

Dari sejumlah pekerja di LIK, Suryo akhirnya mendapatkan nomor kontak salah satu dosen di Politeknik ATK Yogyakarta yang menuntunnya belajar penyamakan kulit kelinci.

Setelah beberapa bulan mendapatkan pengetahuan tentang menyamak kulit kelinci, Suryo kemudian menggandeng sejumlah dosen Poltek ATK Yogyakarta untuk  menggelar pelatihan penyamakan dan pembuatan kerajinan  kulit kelinci bagi sejumlah penggiat UMKM.

Acara yang digelar di ruang pelatihan LIK Magetan dilaksanakan dari 15 -18  Juli 2019.

Warsito salah satu dosen dari Poltek ATK Yogyakarta yang menjadi pembimbing pelatihan mengatakan, penyamakan kulit kelinci di luar kelas laboratorium selama ini belum pernah dilakukan di Indonesia. Menurutnya, nilai tambah kulit kelinci sangat tinggi jika dijadikan kerajinan tangan.

“ Tas sebagai hasil karya seni dari 2 feet kulit kelinci bisa terjual 1,1 juta. Itu harga standar,” ujar Warsito.

Sementara Entin Darmawati Dosen Program Studi Tekhnologi Penyamakan Kulit Poltek ATK Yogyakarta mengatakan, selain menggunakan teknik penyamakan, penguatan bulu kulit kelinci juga dibutuhkan penanganan pengembangbiakan kelinci dengan benar.

“Makanan itu mempengaruhi kualitas bulu, dengan formula tertentu saat proses, kita berikan zat yang bisa mengikat bulu tersebut. Hasilnya bulu tidak mudah lepas,” katanya.

Sejumlah kerajinan tangan dari sandal bulu, dompet bulu dan tas bulu berhasil dibuat dalam pelatihan selama 4 hari tersebut. Suryo mengaku masih akan melakukan pelatihan dengan melibatkan Poltek ATK Yogyakarta, agar Magetan bisa lebih mengembangkan  produk berkualitas dari limbah kulit kelinci.

Dia mengaku masih membutuhkan waktu lagi agar pengrajin di Kabupaten Magetan bisa menghasilkan sarung tangan bulu dari kulit kelinci.

“ Kita perlu belajar lagi. Dengan hasil pelatihan seperti sandal, dompet, dan tas dari kulit kelinci, setidaknya sudah meningkatkan nilai jual kulit kelinci dan tidal lagi menjadi limbah,” ucap Suryo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com