Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mantri Patra, Meninggal dalam Kesendirian Saat Bertugas di Pedalaman Papua

Kompas.com - 24/06/2019, 09:49 WIB
Rachmawati

Editor

TELUK WONDAMA, KOMPAS.com — Seorang petugas medis yang akrab disapa Mantri Patra wafat saat menjalankan tugas di daerah pedalaman Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.

Bernama Patra Marinna Jauhari, berbekal panggilan hati untuk menyelamatkan mereka yang terpinggir dan terlupakan, membuatnya tak berpikir dua kali ketika mendapat tugas di pedalaman Teluk Wondama.

Sudah empat bulan lebih ia bergumul dengan masyarakat di Kampung Oya, Distrik Naikere, Teluk Wondama. Dia memilih setia dalam tugas di saat rekan kerjanya pulang dan tak kembali lagi.

Dalam kesendirian dia tetap melayani hingga akhirnya ajal menjemput.

Baca juga: Dua Gempa Guncang Mamberamo Tengah Papua, Bermagnitudo 6.0 dan 5.2

Petugas medis dari Dinas Kesehatan Teluk Wondama ini berada di Kampung Oya sejak Februari 2019. Ia adalah satu dari sekian tenaga kesehatan yang ditunjuk untuk memberikan pelayanan di daerah pedalaman.

Oya merupakan salah satu kampung di pedalaman distrik Naikere yang masih terpencil dan terisolasi. Tidak ada jalan darat, apalagi sarana telekomunikasi.

Wilayah di perbatasan antara Teluk Wondama dan Kabupaten Kaimana ini hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki atau menggunakan helikopter. Untuk mencapai pusat distrik di Naikere, warga setempat biasanya berjalan kaki selama tiga sampai empat hari.

Jalanan yang dilewati masih berupa jalan setapak menyusuri gunung dan lembah di tengah hutan belantara.

Pada awal Februari lalu, Mantri Patra bersama seorang rekan diantar dengan helikopter ke Kampung Oya. Mereka dijadwalkan bertugas selama tiga bulan dari Februari hingga Mei untuk kemudian dijemput kembali diganti petugas berikutnya.

Baca juga: 7 Fakta Kisah Wally Jadi WNI, 42 Tahun Tinggal di Papua hingga Dirikan 7 Sekolah

Hingga akhir Mei 2019 belum juga ada helikopter yang datang menjemput.

Persediaan bahan makanan berupa beras dan minyak goreng yang dibawanya tiga bulan lalu pun telah lama habis. Demikian pula stok obat-obatan. Semuanya telah habis dipakai.

Namun, Patra tinggal seorang diri dan tetap bertahan setelah temannya sesama perawat memutuskan turun ke kota Wasior dengan berjalan kaki.

Dia terus memberi pelayanan medis dengan kondisi apa adanya. Untuk mengisi hari, bujangan kelahiran 1988 ini selalu berintekrasi dengan warga setempat, dari berkunjung ke rumah warga, bermain bersama pemuda setempat, hingga ikut berkebun bersama warga.

"Tiap sore dia pergi dengan anak-anak menyanyi-menyanyi," kata seorang warga Oya yang dikisahkan Kepala Puskesmas Naikere Tomas Waropen di Wasior, Minggu (24/6/2019).

Hari terus berlalu, helikopter yang ditunggu tak juga tiba, tetapi kesetiaan Patra tetap tak luntur. Dia terus bertahan meski di hatinya memendam kecewa terhadap instansi tempatnya bekerja hingga akhirnya dia jatuh sakit.

Baca juga: 5 Fakta Jalan Trans-Papua Rusak, Polisi Selidiki Anggaran Proyek hingga Warga Jalan Kaki 5 Km Lewati Lumpur

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com