Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Anak Logam di Pelabuhan Gilimanuk, Loncat dari Kapal Demi Uang

Kompas.com - 11/06/2019, 09:39 WIB
Rachmawati

Editor

Jika ikan yang didapatkannya sedikit, ia berikan kepada istrinya untuk dijadikan lauk sendiri bersama keluarga kecilnya.

Istrinya, Siti Nur Fatimah juga ikut mencari logam namun hanya pada hari tertentu saja.

Pria yang kini berusia 43 tahun mengaku menjadi anak logam di Pelabuhan Gilimanuk sejak dirinya berusia 8 tahun atau sudah selama 35 tahun

Slamet sebenarnya tidak pernah menginginkan anaknya mengikuti jejaknya menjadi anak logam.

"Sebenarnya saya tidak pernah mengijinkan anak-anak mengikuti jejak saya menjadi anak logam. Tapi kalau dilarang malah mereka itu marah. Jadi saya itu terpaksa mengajak mereka ke sini," paparnya.

Baca juga: Klarifikasi Foto Bersama Tomy Winata, Gubernur Bali Tegaskan Tolak Reklamasi

Keluarga yang tinggal di Banjar Asih Timur, Gilimanuk ini berangkat menuju Pelabuhan Gilimanuk pukul 07.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita.

Nur, sapaan akrab istri Slamet juga mengaku tidak mengijikan anak-anaknya untuk menjadi anak logam.

Akibat himpitan ekonomi, ia mengijinkan anak-anaknya ikut mengais rejeki menjadi anak logam.

"Kalau dilarang, mereka malah bilang ketika minta uang jajan gak dikasih sama bapak dan ibu. Bilang kalau gak ngelogam dapat uang dari mana," kata Nur.

"Saya sebenarnya ngenes ngeliat anak-anak begitu. Anak saya yang besar putus sekolah harusnya sekarang sudah kelas 2 SMA. Gak ada biaya buat biaya sekolah mbak. Kami itu orang miskin," paparnya.

Untuk mencari logam, mereka harus bergantian dengan yang anak logam lainnya.

Dalam sehari, jika sedang ramai, pendapatan keluarga kecil pencari logam ini bisa mencapai Rp 200 ribu.

Namun, jika sedang sepi hanya mendapat Rp 20 ribu saja per harinya.

 

 

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Cerita Para Pemburu Logam di Pelabuhan Gilimanuk, 'Kucing-kucingan' Dengan Petugas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com