Salin Artikel

Mengenal Anak Logam di Pelabuhan Gilimanuk, Loncat dari Kapal Demi Uang

Anak logam adalah sebutan untuk anak-anak yang memburu uang logam yang di lempar ke laut oleh para penumpang kapal yang melintas Selat Bali.

Anak-anak yang rata-rata bertelanjang dada ini, secara sengaja melompat ke laut untuk mendapatkan uang logam yang dilempar.

Seperti pemandangan yang terlihat di Pelabuhan Penyebrangan MB2 Gilimanuk. Para anak logam berenang dari tepi pantai area Pelabuhan Gilimanuk mendekati kapal laut yang tengah bersandar di dermaga.

Kadang mereka menunggu di dalam kapal lalu meminta para penumpang melemparkan uang logam dari atas kapal. Mereka kemudian melakukan atraksi loncat dari atas kapal untuk mengambil uang logam yang dilempar para penumpang.

Slamet Gustianto (43), istrinya, dan dua orang anaknya adalah keluarga pencari logam di Pelabuhan Gilimanuk.

Musim liburan sekolah atau libur lebaran selalu mereka manfaatkan untuk mengais rejeki di Pelabuhan Gilimanuk.

"Kalau sekarang ini kan bebas. Jadi tidak apa-apa mencari uang logam di sini. Kalau hari biasa itu baru tidak boleh," ucapnya kepada Tribun Bali, Minggu (9/6/2019) siang.

Saat ditemui, Ia dan keluarga kecilnya tengah beristirahat menyantap makan siang berupa nasi bungkus setelah menyelam sejak pagi hari.

Pengakuan Slamet, bila hari biasa, Slamet dan rekan-rekannya biasanya kucing-kucingan dengan para petugas Pelabuhan Gilimanuk dan para TNI AL.

"Ini saja masih kucing-kucingan dengan para petugas. Kalau hari Raya Lebaran begini ya tidak terlalu ketat. Tapi kalau hari biasa ya kucing-kucingan kalau mau ngelogam," ungkapnya.

Menurut pengakuannya, Slamet dan para pencari logam lainnya hanya diijinkan mencari logam di dermaga MB2 Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk saja.

"Kalau di dermaga yang sebelah sana itu ketat mbak. Semenjak kejadian kecelakaan anak logam di Ketapang itu, peraturannya mulai ketat mbak. Cuma di dermaga MB2 saja," ujarnya.

Jika tidak mencari logam, Slamet hanya seorang pengangguran.

Namun, terkadang ia memancing ikan di area Pelabuhan Gilimanuk untuk dijual kembali.

Jika ikan yang didapatkannya sedikit, ia berikan kepada istrinya untuk dijadikan lauk sendiri bersama keluarga kecilnya.

Istrinya, Siti Nur Fatimah juga ikut mencari logam namun hanya pada hari tertentu saja.

Pria yang kini berusia 43 tahun mengaku menjadi anak logam di Pelabuhan Gilimanuk sejak dirinya berusia 8 tahun atau sudah selama 35 tahun

Slamet sebenarnya tidak pernah menginginkan anaknya mengikuti jejaknya menjadi anak logam.

"Sebenarnya saya tidak pernah mengijinkan anak-anak mengikuti jejak saya menjadi anak logam. Tapi kalau dilarang malah mereka itu marah. Jadi saya itu terpaksa mengajak mereka ke sini," paparnya.

Keluarga yang tinggal di Banjar Asih Timur, Gilimanuk ini berangkat menuju Pelabuhan Gilimanuk pukul 07.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita.

Nur, sapaan akrab istri Slamet juga mengaku tidak mengijikan anak-anaknya untuk menjadi anak logam.

Akibat himpitan ekonomi, ia mengijinkan anak-anaknya ikut mengais rejeki menjadi anak logam.

"Kalau dilarang, mereka malah bilang ketika minta uang jajan gak dikasih sama bapak dan ibu. Bilang kalau gak ngelogam dapat uang dari mana," kata Nur.

"Saya sebenarnya ngenes ngeliat anak-anak begitu. Anak saya yang besar putus sekolah harusnya sekarang sudah kelas 2 SMA. Gak ada biaya buat biaya sekolah mbak. Kami itu orang miskin," paparnya.

Untuk mencari logam, mereka harus bergantian dengan yang anak logam lainnya.

Dalam sehari, jika sedang ramai, pendapatan keluarga kecil pencari logam ini bisa mencapai Rp 200 ribu.

Namun, jika sedang sepi hanya mendapat Rp 20 ribu saja per harinya.

 

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Cerita Para Pemburu Logam di Pelabuhan Gilimanuk, 'Kucing-kucingan' Dengan Petugas

https://regional.kompas.com/read/2019/06/11/09390991/mengenal-anak-logam-di-pelabuhan-gilimanuk-loncat-dari-kapal-demi-uang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke