SURABAYA, KOMPAS.com - Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 yang digelar serentak pada 17 April 2019 lalu sudah usai.
Saat ini, sebanyak 270 penduduk Indonesia sedang menanti pemimpin negara terpilih untuk mengabdikan dirinya kepada rakyat dan bangsa selama lima tahun ke depan.
Siapa pun nanti yang bakal terpilih, baik Jokowi-Ma'ruf Amin atau Prabowo-Sandiaga, semua pihak tentu menginginkan Indonesia menjadi negara mandiri, maju, berkeadilan, dan mampu memberikan kesejahteraan kepada seluruh rakyat di Tanah Air.
Baca juga: Kata Mahasiswa ITB soal Polemik Quick Count Vs Real Count
Kompas.com mewawancarai sejumlah mahasiswa Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Jawa Timur, Kamis (2/5/2019), untuk mengetahui pendapat mereka mengenai presiden yang ideal dan bisa menjawab kondisi dan persoalan di Indonesia.
Satrio Adi, mahasiswa semester 6, jurusan Manajemen, Fakuktas Ekonomi dan Bisnis, Unair, mengatakan, sosok presiden yang diinginkannya adalah pemimpin yang bisa merangkul semua golongan.
"Jangan cuma yang jadi (presiden) orang Jawa lagi, berarti yang diutamakan jawa centris, jangan seperti itu. Tapi harus (mengakomodir kepentingan) seluruh rakyat Indonesia," tutur Satrio.
Selain itu, presiden harus mengerti keadaan dan kondisi masyarakat Indonesia, dengan jumlah populasi penduduk kurang lebih sebanyak 250 juta jiwa.
Menurut Satrio, dengan jumlah penduduk yang tinggi, presiden harus berpikir bagaimana menjalankan roda pemerintahan yang bisa mengakomodir kepentingan seluruh rakyat, mulai dari kepentingan ketenagakerjaan, penegakan HAM, ekonomi, sosial budaya, dan sebagainya.
"Itu semua penting," katanya.
Irma Ayu Sofiyani, mahasiswi semester 8 jurusan Sosiologi Unair mengaku membutuhkan sosok pemimpin yang tidak membawa identitas mayoritas sebagai strategi politiknya.
Sehingga, presiden yang akan memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan bisa memberikan perlindungan terhadap masyarakat di republik ini.
"(Indonesia) membutuhkan sosok pemimpin yang pro terhadap kaum marginal, menegakkan isu-isu lingkungan dan HAM," ujarnya.
Mahasiswi semester 8 jurusan Ilmu Politik, Fisip, Unair, Megawati Marpaung memiliki pendapat berbeda mengenai kriteria presiden ideal.
Ia melihat, sosok presiden yang ideal belum ada di Indonesia.
"Tidak ada kriteria ketika sistem politik masih seperti oligarki partai. Demokrasi saat ini hanya pada segi open recrutment-nya saja yang demokratis," ucap Mega.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.