Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Caleg Berburu Restu Roh Leluhur Jelang Pemilu

Kompas.com - 11/04/2019, 14:57 WIB
Markus Makur,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Tradisi Wuat Wai

Fransiskus Sarong, caleg dari Partai Golkar untuk DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan nomor urut 04 menceritakan pengalamannya saat pemilihan kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Manggarai Timur 2017-2018 lalu.

Dia melaksanakan ritual adat di seluruh rumah adat di Kabupaten Manggarai Timur untuk memenagkan kursi senagai Bupati Manggarai Timur. Tapi ternyata belum membuahkan hasil.

“Saat saya maju lagi sebagai caleg untuk DPRD Provinsi NTT pada pemilu 2019 ini, saya memilih dengan cara yang berbeda. Saya bertemu langsung dengan warga dan membatasi pelaksanaan ritual adat di rumah gendang warga setempat," katanya.

"Pengalaman melaksanakan ritual adat saat maju jadi calon Bupati Manggarai Timur yang memilih tanda-tanda harapan untuk menang, ternyata tidak membuahkan hasil. Saya tetap meminta pembekalan dan peneguhan secara adat untuk urusan politik sebagai caleg pada 17 April 2019,” jelasnya.

Baca juga: Bupati Manggarai Barat Minta Masyarakat Lestarikan Ritual Adat

Sarong mengungkapkan, dirinya tidak lupa ritual adat sebab dia lahir dan dibesarkan dalam lingkungan adat istiadat. Ritual adat tetap dipegang teguh hingga saat ini sebab ini merupakan keyakinan dan kepercayaan nenek moyang.

Sarong menjelaskan, para leluhur orang Manggarai Raya memiliki sebuah warisan leluhur untuk berbagai kepentingan, baik untuk anak sekolah yang kuliah di perguruan tinggi maupun di ajang politik.

Ada tradisi “Wuat Wai” sebagai pembekalan dan peneguhan kepada orang Manggarai dalam berbagai konteks kehidupan. Wuat itu, pembekalan secara adat, wai diartikan dengan kaki yang melangkah pasti untuk sebuah keberhasilan.

Dalam tradisi wuat wai, caleg harus memohon ahli waris duduk bersama untuk memberikan dukungan penuh dalam sebuah perjuangan, baik perjuangan politik dan pendidikan.

Baca juga: Maju Cagub NTT, Benny Harman Gelar Ritual Adat Potong Kerbau

Kemudian, memohon dukungan secara adat di rumah gendang untuk meminta peneguhan secara adat di rumah adat gendang. Terakhir, meminta dukungan moril dari roh leluhur dan sesama anggota keluarga.

"Ini adat istiadat yang terus dipertahankan dalam kehidupan orang Manggarai Raya khususnya dan Pulau Flores pada umumnya, namun bukan penentu sebuah kemenangan politik,” jelasnya.

Tidak bertentangan dengan gereja

Sementara itu calon anggota DPD Provinsi NTT Agustinus Lesek menyebut tradisi warisan leluhur ini sebagai agama tua. Tradisi ini dilakukan bukan hanya saat musim pemilu saja. Sebelumnya, dia pernah enggan melaksanakan tradisi ini.

“Saat saya belajar filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero beberapa tahun silam kurang percaya dengan kepercayaan tua yang ada di kampung-kampung di Manggarai Raya," ujarnya.

Baca juga: Sebelum Daftar ke KPU, Bakal Cawagub NTT Ini Gelar Ritual Adat

Akibatnya, banyak halangan yang dihadapinya saat maju sebagai calon anggota DPD. Dia kemudian menerima saran melaksanakan pemulihan adat. Dampaknya adalah tidak ada lagi tanda-tanda atau tantangan yang dihadapi. Semuanya berjalan lancar.

“Bagi saya yang memegang prinsip rasional, kadang-kadang berpikir sangat irasional, namun yang irasional itu menuntun perjalanan hidup keluarga dan pendidikan serta pekerjaan,” jelasnya.

Imam Keuskupan Ruteng Pastor Wilfridus Babun, SVD kepada Kompas.com menjelaskan, ritual adat yang dilaksanakan para caleg di NTT itu sebuah doa adat.

Ritual adat itu dimaknai sebagai doa karena ritual adat juga sebagai penentu keberhasilan bagi orang-orang Manggarai Raya di Flores, NTT.

“Saya kira itu tidak bertentangan dengan ajaran gereja Katolik. Doa dimaknai sebagi relasi manusia yang hidup dengan arwah nenek moyang,” jelasnya.

Baca juga: Daftar Jadi Calon Gubernur NTT, Bupati TTU Gelar Ritual Adat

Pastor Babun menjelaskan, orang Manggarai Raya yang memiliki pendidikan tinggi dan merantau ke luar negeri tetap melaksanakan ritual adat adat berlibur ke kampung halamannya.

“Gereja Katolik tidak melarang melaksanakan ritual adat sebab itu kepercayaan dan keyakinan nenek moyang yang diwariskan kepada generasi penerus orang Manggarai Raya. Ini juga bagian dari inkulturasi dan memahami ajaran kepercayaan nenek moyang secara kontekstual," katanya.

"Orang Manggarai Raya akan mendapat malapetaka apabila melupakan ritual adat yang diwariskan nenek moyang dari ratusan tahun silam sebelum agama Katolik masuk di bumi Manggarai Raya,” jelasnya.

Baca juga: Ribuan Belalang Serang TTU, Warga Siapkan Ritual Adat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com