Siswi lainnya, Suwanti menambahkan, dirinya berharap ada solusi terkait pembangunan iembatan. Sebab, jika banjir akan menyulitkan siswa ke sekolah.
Memang ada jalan yang memutar sejauh 1 km yang nantinya bisa sampai ke sekolah melalui sisi belakang, namun kondisi jalan sempit dan licin saat hujan.
"Semoga segera ada solusi,"ucap siswi jurusan IPS itu.
Kepala MA Ummatan Washatan Subardi mengatakan, sekolah setingkat SMA itu menjadi tempat belajar untuk 65 siswa. Saat ini terganggu aksesnya akibat jembatan permanen rusak.
Untuk solusi jangka pendek, sekolah saat ini sedang ada pembangunan jembatan darurat yang terbuat dari bambu dengan posisi yang lebih tinggi dari sungai.
Baca juga: Linda Hanya Bisa Pasrah Melihat Rumahnya Tertimbun Longsor Bantul...
Untuk jangka panjang pihaknya berharap bantuan dari pemerintah ataupun pihak swasta agar membangun jembatan permanen. "Untuk membangun jembatan permanen sulit bagi kami. Jelas memerlukan biaya yang tinggi, sementara kami tidak punya biaya,"ujarnya.
Menurut dia, pasca jembatan roboh tidak menyurutkan para siswa untuk sekolah. Bahkan, para siswa kelas 10 dan 11 masuk untuk membantu kelas 12 menyebrang menggunakan gethek pada hari Senin dan Selasa lalu.
Dampak dari meluapnya sungai celeng masih dirasakan oleh sekolah. Dari pantauan Kompas.com, sejumlah buku yang terendam banjir masih diletakkan di ruang parkir. Selain itu, besi sisa jembatan diletakkan di halaman sekolah.
Peralatan sekolah mulai dari komputer, laptop, hingga dokumen administrasi sekolah juga berada di halaman sekolah.
"Kalau tidak ujian, anak-anak tetap masuk semua. Banyak relawan yang membantu kami untuk bersih-bersih, dan ada yang bantu untuk bikin jembatan darurat lagi," ucapnya.
Baca juga: Lima Warga Bantul Tewas akibat Longsor dan Banjir