Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Es, Petani Bawang di Semarang Terpaksa Panen Dini

Kompas.com - 04/03/2019, 16:31 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com – Sejumlah petani bawang putih di Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, terpaksa memanen bawang lebih dini karena adanya cuaca ekstrem.

Hujan es berikut kabut yang kerap terjadi di wilayah Kopeng membuat varietas tersebut dipanen lebih awal.

Lungguh Lujito, petani dari Dusun Plalar, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan menjelaskan, cuaca ekstrem berupa hujan es kerap terjadi belakangan ini. Padahal, lahan pertaniannya seluas 3.000 meter persegi hendak memasuki masa panen.

Usia bawang putih di ladangnya baru berumur 105 hari. Sementara untuk mendapat komposisi hasil maksimal, umur bawang siap panen harusnya 120 hari.

“Ini terpaksa dipanen duluan, karena ada cuaca ekstrem, cuaca tidak mendukung. Mau panen, hujan ekstrem, sama hujan es,” ujar Lungguh saat ditemui di sela memanen bawang putih di ladangnya, Senin (4/3/2019).

Baca juga: Sebelum Diterjang Angin Kencang, 4 Desa di Sukabumi Diguyur Hujan Es

Bersama istrinya, Suliyem, dan para tetangganya, Lungguh bahu-membahu memanen bawang yang ada di lahan pertaniannya itu. Mereka berpacu dengan waktu, karena memang kondisi di Kopeng kerap mendung dan hujan.

Lungguh menyatakan, panen dini terpaksa dilakukan karena untuk menyelamatkan bawang dari kebusukan.

Jika bawang terus terkena hujan dikawatirkan akan muncul jamur, hingga akhirnya membusuk. Lungguh sendiri menerapkan pertanian organik dalam memproses komoditas tersebut.

“Kalau tidak dipanen sekarang nanti akan busuk. Ini hasilnya cukup bagus, meski belum sempurna tapi sudah ada bentuknya,” katanya.

Setelah dipanen, bawang putih nantinya akan dibeli oleh kemitraan dari CV Berkah Putih Abadi.

Perusahaan itu sebelumnya telah membantu menyediakan bibit dan saprodi. Dalam perjanjian jual beli ini, petani akan mendapat porsi 60 persen dari hasil penjualan. Setiap kilogram bawang putih dibeli Rp 18.000.

“Bawang lokal ini jenisnya lumbu kuning, dan lumbu hijau. Bawang lokal rasanya lebih sedap dibanding bawang impor. Apalagi sejak awal, pola pertanian tidak menggunakan kimia, alias organik,” tandasnya. 

Cuaca ekstrem

Sementara itu, Koordinator Pelaksana Dinas pada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Wagiyo, menambahkan, panen bawang putih di Getasan terpaksa dilakukan karena adanya cuaca ekstrem. Kondisi pertanian bawang putih saat ini masih dalam kisaran 70 persen. 


Wagiyo menyebut, cuaca ekstrem terutama saat menjelang masa panen akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, panen bawang tidak bisa menunggu sampai kondisi 100 persen atau 120 hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com