Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dibalik Mangkraknya Proyek rehabilitasi Stadion Oepoi Kupang

Kompas.com - 04/03/2019, 14:04 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

"Saya telah menghubungi PPK dan kepala dinas, termasuk Guido Kenenbudi, tetapi mereka saling lempar tanggung jawab. Padahal saya sudah menyelamatkan mereka. Waktu itu, DPRD NTT sempat turun ribut. Di hadapan sejumlah anggota DPRD NTT, saya menjamin proyek itu dan menyelamatkan mereka. Kalau tidak, mereka sudah direkomendasikan ke penegak hukum,"urainya.

"Saya seolah olah ditipu oleh pihak Dinas Kepemudaan dan Olahraga NTT, karena untuk menyelamatkan mereka semua termasuk PPK, uang saya yang sudah saya katrol secara keseluruhan sekitar Rp 1,6 miliar. Mereka sudah bebas, tapi saya malah jadi korban," sambungnya.

Terhadap kejadian itu, Charles berencana akan menempuh jalur hukum, untuk menyelesaikan masalahnya itu.

"Saya ingin PPK dan Dinas Kepemudaan dan Olahraga NTT untuk mengembalikan dana saya. Oke-lah memang waktunya habis, tapi kan kita hitung progres lapangannya. Uang 30 persen mereka sudah ambil. Saya ingin 20 persen lebih ini dikembalikan ke saya dong. Saya sudah menyelamatkan kalian, ternyata saya ditipu lagi. Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga NTT, PPK dan perwakilan PT Sidoarjo Sucses Sentosa ini telah menipu saya," ujarnya.

Bantah menipu

Terkait dengan hal itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Proyek Rehabilitasi Stadion Oepoi, Niko Ratu Langi, kepada Kompas.com di kantor Dinas Kepemudaan dan Olahraga Provinsi NTT, Senin (4/3/2019) pagi, membantah kalau dirinya telah menipu Charles.

Niko juga mengatakan, tidak pernah meminta bantuan kepada Charles Bakker.

"Yang bawa dan pertemukan Pak Charles ke saya itu Feliks dari perwakilan PT Sidoarjo Sucses Sentosa. Saya sebagai PPK tidak pernah meminta bantuan ke Charles untuk mengerjakan Stadion Oepoi,"ucapnya.

"Saat itu memang kami lihat progres bagus dan kami yakin, sehingga Feliks meminta perpanjang waktu untuk menyelesaikan pekerjaan itu," lanjut Niko.

Karena itu, lanjutnya, untuk menyelesaikan pekerjaan, pihaknya memberi adendum sampai dengan 16 Februari 2018.

"Tapi saya lihat saat itu Charles juga tidak pikir untung rugi," katanya.

Baca juga: Kadin Pertanyakan Sejumlah Pembangunan Mangkrak di Bandung

Ada dua penyebab utama terjadinya keterlambatan proyek itu, yakni kontraktor (PT Sidoarjo Sucses Sentosa) kurang mampu mengelola uang 30 persen dari anggaran yang telah dicairkan, sehingga ada beberapa material proyek yang terhambat.

Penyebab lainnya kata Niko, yakni material proyek itu, 70 persen didatangkan dari Jakarta dan Surabaya.

"Salah satu material adalah kain untuk alas lapangan sepanjang 10.000 meter sehingga, yang dipesan dan tiba di Kupang pada saat proyek hampir selesai masa kontraknya," ujar Niko.

Karena tersendat lanjut Niko, Dia lalu mendesak Felix untuk bertanggung jawab menyelesaikan proyek itu.

"Akhirnya Felix menggandeng Charles Bakker dan kerja sama antara keduanya itu tidak ada perjanjian langsung dengan kami," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com