Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah 3 Generasi Pengrajin Sadel Sepeda Ontel Asal Magetan

Kompas.com - 16/02/2019, 10:37 WIB
Sukoco,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com - Siang itu Kota Magetan, Jawa Timur diliputi mendung, membuat Sumadi (71) warga Kampung Njejeruk Desa Candirejo lebih awal mengumpulkan jemuran sadel sadel kulitnya.

Tumpukan sadel sepeda yang belum kering benar ditumpuknya di salah satu ruangan kerja di samping rumahnya. Sejumlah pekerja terlihat asyik memotong dan menyatukan potongan kulit dengan menggunakan lem untuk bahan sadel.

Sumadi merupakan pengrajin sadel sepeda yang sudah turun termurun dari almarhum ayahnya, Karto Miharjo. Ayah Sumadi menggeluti usaha pembuatan sadel kulit sejak jaman Jepang menjajah Indonesia.

Saat itu sepeda ontel merupakan barang mewah bagi masyarakat. Untuk membuat sadelnyapun tidak semudah saat ini. Dia mengaku dalam sehari ayahnya hanya mampu membuat 10 biji sadel.

Prosesnya pun masih menggunakan peralatan manual seperti press dari kayu dan menggunakan paku untuk menyambung setiap lapis kulit.

“Dulu susah membuat sadel karena belum ada peralatan mesin. Untuk press saja pakai kayu. Saya masih mengalami itu waktu bantu bapak,” ujarnya, Jumat (15/2/2019).

Baca juga: Bermodal Tiga Lembar Kain, Pengrajin Tapis Ini Raup Omzet Rp 40 Juta

Bahkan untuk bahan baku pembuatan sadel, orangtuanya dulu harus memasak sendiri kulit sapi. Pengolahan kulit sapi hingga siap menjadi bahan sadel sepeda dulunya masih dikerjakan secara manual.

Untuk menyamak kulit dulu harus direndam ke dalam campuran lumpur. Dibutuhkan waktu hingga sepekan lebih untuk merendam kulit sapi agar siap dibentuk menjadi sadel sepeda.

“Dulu harus punya stok kulit banyak karena proses pemasakan kulitnya memakan waktu lama. Kalau sekarang bahannya kebanyakan beli,” ujar Mansyur yang merupakan anak ketiga dari Mbah Sumadi yang ikut meneruskan usaha pembuatan sadel sepeda.

Setelah Karto Miharjo meninggal dunia pada tahun 1956, Sumadi meneruskan usaha orang tuanya tersebut. Untuk melebarkan sayap penjualan, Sumadi turun tangan sendiri dengan berjualan keliling menggunakan sepeda ontel dari pasar ke pasar di sekitar Kabupaten Magetan seperti di Pasar Ponorogo, Pasar Madiun, Pasar Ngawi hinggaPasar di Kota Solo.

Untuk mempromosikan sadel kulit miliknya, Sumardi meyakinkan para pelanggan dengan cara merendam sadel kulit hasil produksinya ke dalam air bersamaan dengan sadel produk dari kota lain.

“Yang lain 30 menit sudah nglotok, punya saya belum. Dari situ mulai kenal dengan pelanggan, mulai setor ke mereka,” ujarnya.

Kesuksesan berbuah Gazelle pertama 

Sejak memiliki pelanggan, Sumadi mulai menapaki kesukesesannya untuk memproduksi sadel sepeda ontel. Kesuskesan tersebut dibuktikan dengan memiliki sepeda ontel merek Gazelle pada thaun 1970an.

“Punya sepeda Gazelle waktu itu seperti punya motor paling top di jaman sekarang,” ujarnya sambil tertawa.

Baca juga: Bermodal Tiga Lembar Kain, Pengrajin Tapis Ini Raup Omzet Rp 40 Juta

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com