“Karena saya dulunya sempat bertanya ke orangtua saya bahwa orang Tidore itu menutup aurat dengan apa, terus katanya ada yaitu Potadino tapi ratusan tahun lalu dan sekarang tidak ada. Akhirnya tak disangka-sangka kami dipertemukan dengan orang BI, yaitu Pak Dwi,” kata Bams lagi.
Kegiatan menenun saat ini hanya dikerjakan sekitar 20 orang yang masuk ke kelompok Bams.
Dengan keterbatasan sumber daya manusia, dalam sebulan mereka hanya bisa menyelesaikan sekitar 10 hingga 15 kain tenun.
“Untuk kain yang berukuran besar yaitu 2 meter kali 20 centimeter bisa memakan waktu hingga 3 hari,” ujarnya.
Sementara bahan baku sendiri semuanya masih impor dari India.
“Tapi ke depan kita berharap dapat membuat bahan baku sendiri dari pelepah pisang dan nanas,” kata Bams.