Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harapan dan Kebanggaan Itu Muncul dari Sebuah Negeri Penghasil Ikan

Kompas.com - 30/12/2018, 21:56 WIB
Heru Dahnur ,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BELITUNG, KOMPAS.com - Satu keranjang penuh ikan diletakkan persis di tengah ruangan. Di sampingnya terdapat sejumlah bungkusan berisi tepung, garam dan minyak goreng.

Nila Yeni (37) membuka pintu dan masuk sembari membawa mangkok plastik serta alat pengaduk makanan. Di dalam ruangan seluas 10x10 meter itu, Nila disambut para ibu rumah tangga yang tampak antusias.

Ya, hari itu mereka memulai pelatihan pengolahan hasil laut untuk dijadikan berbagai produk makanan.

“Ada dua kelompok wanita yang ikut pelatihan ini. Setiap kelompok beranggotakan sepuluh orang. Semuanya istri nelayan,” kata Nila saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (29/12/2018).

Ibu empat anak ini menuturkan, rumah sekaligus gerai kuliner miliknya di Desa Tanjung Binga, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, tersebut menjadi lokasi pelatihan yang diinisiasi grup Astra.

Melalui program Kampung Berseri Astra (KBA), para wanita diberi keterampilan tambahan. Salah satunya mengolah hasil laut menjadi produk makanan berkualitas yang siap dipasarkan.

Nila yang telah memulai usaha kuliner sejak 2008 mengaku senang dengan adanya program pelatihan kelompok. Mereka bisa mempelajari cara pengolahan hasil laut agar menjadi lebih bernilai. Ada keripik ikan, cumi goreng, kemplang serta kerupuk udang yang dihasilkan dari pelatihan itu.

“Produksi bisa lebih banyak karena anggotanya juga banyak. Ibu-ibu juga punya penghasilan tambahan,” ujar Nila. Dia pun berharap, program KBA dalam bidang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) bisa berlanjut setiap tahunnya.

“Kami harapkan sampai pemasaran dibantu. Jadi bisa jual sampai ke luar daerah yang lebih luas,” ucapnya.

Baca juga: Dulu Hancur karena Tsunami, Kini Alue Naga Jadi Desa Penghasil Tiram Kualitas Terbaik di Aceh

Peserta lainnya, Reni menyebutkan, pelatihan usaha kuliner sejalan dengan rencana pengembangan pariwisata yang digagas pemerintah. Dari pelatihan itu, ia mendapatkan wawasan tentang pengelolaan berbagai bahan makanan, khususnya dari tangkapan nelayan.

“Ikan kalau sisa banyak biasanya buat makan atau ikan asin. Sekarang jadi tahu banyak yang bisa dibuat. Kami para istri nelayan ada peran juga nantinya,” ujar Reni.

Hasil laut melimpah

Pengembangan pilar kewirausahaan terkait pengolahan kuliner hasil laut yang dipelopori Astra ibarat gayung bersambut. Desa Tanjung Binga merupakan potret kampungnya para nelayan. Dari sekitar 7.000 penduduk, hampir 80 persen berprofesi sebagai nelayan.

Tak kurang dari 300 ton ikan segar dan ikan asin dihasilkan setiap bulannya. Pemandangan yang lazim jika siang harinya sepanjang garis pantai yang mengelilingi Desa Tanjung Binga, berjejer perahu dan kapal-kapal nelayan yang sedang bersandar. Malam harinya kapal-kapal tersebut pergi melaut.

Umumnya nelayan melaut selama satu hari, namun ada juga yang berhari-hari bahkan sampai dua pekan. Semua hasil tangkapan nelayan itu dibawa ke Desa Tanjung Binga. Sebagian dijual dalam bentuk ikan segar dan sebagian lainnya dijual setelah dijadikan ikan asin. Ikan kakap, kerapu, kembung, ekor kuning hingga cumi di antara sekian banyak hasil tangkapan nelayan Tanjung Binga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com