Salin Artikel

Harapan dan Kebanggaan Itu Muncul dari Sebuah Negeri Penghasil Ikan

Nila Yeni (37) membuka pintu dan masuk sembari membawa mangkok plastik serta alat pengaduk makanan. Di dalam ruangan seluas 10x10 meter itu, Nila disambut para ibu rumah tangga yang tampak antusias.

Ya, hari itu mereka memulai pelatihan pengolahan hasil laut untuk dijadikan berbagai produk makanan.

“Ada dua kelompok wanita yang ikut pelatihan ini. Setiap kelompok beranggotakan sepuluh orang. Semuanya istri nelayan,” kata Nila saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (29/12/2018).

Ibu empat anak ini menuturkan, rumah sekaligus gerai kuliner miliknya di Desa Tanjung Binga, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, tersebut menjadi lokasi pelatihan yang diinisiasi grup Astra.

Melalui program Kampung Berseri Astra (KBA), para wanita diberi keterampilan tambahan. Salah satunya mengolah hasil laut menjadi produk makanan berkualitas yang siap dipasarkan.

Nila yang telah memulai usaha kuliner sejak 2008 mengaku senang dengan adanya program pelatihan kelompok. Mereka bisa mempelajari cara pengolahan hasil laut agar menjadi lebih bernilai. Ada keripik ikan, cumi goreng, kemplang serta kerupuk udang yang dihasilkan dari pelatihan itu.

“Produksi bisa lebih banyak karena anggotanya juga banyak. Ibu-ibu juga punya penghasilan tambahan,” ujar Nila. Dia pun berharap, program KBA dalam bidang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) bisa berlanjut setiap tahunnya.

“Kami harapkan sampai pemasaran dibantu. Jadi bisa jual sampai ke luar daerah yang lebih luas,” ucapnya.

Peserta lainnya, Reni menyebutkan, pelatihan usaha kuliner sejalan dengan rencana pengembangan pariwisata yang digagas pemerintah. Dari pelatihan itu, ia mendapatkan wawasan tentang pengelolaan berbagai bahan makanan, khususnya dari tangkapan nelayan.

“Ikan kalau sisa banyak biasanya buat makan atau ikan asin. Sekarang jadi tahu banyak yang bisa dibuat. Kami para istri nelayan ada peran juga nantinya,” ujar Reni.

Hasil laut melimpah

Pengembangan pilar kewirausahaan terkait pengolahan kuliner hasil laut yang dipelopori Astra ibarat gayung bersambut. Desa Tanjung Binga merupakan potret kampungnya para nelayan. Dari sekitar 7.000 penduduk, hampir 80 persen berprofesi sebagai nelayan.

Tak kurang dari 300 ton ikan segar dan ikan asin dihasilkan setiap bulannya. Pemandangan yang lazim jika siang harinya sepanjang garis pantai yang mengelilingi Desa Tanjung Binga, berjejer perahu dan kapal-kapal nelayan yang sedang bersandar. Malam harinya kapal-kapal tersebut pergi melaut.

Umumnya nelayan melaut selama satu hari, namun ada juga yang berhari-hari bahkan sampai dua pekan. Semua hasil tangkapan nelayan itu dibawa ke Desa Tanjung Binga. Sebagian dijual dalam bentuk ikan segar dan sebagian lainnya dijual setelah dijadikan ikan asin. Ikan kakap, kerapu, kembung, ekor kuning hingga cumi di antara sekian banyak hasil tangkapan nelayan Tanjung Binga.

Kekayaan bahari itu sangat dibutuhkan bagi rumah makan dan restoran yang bertebaran di Kepulauan Bangka Belitung. Bahkan tidak hanya “Bumi Serumpun Sebalai (sebutan daerah Kepulauan Bangka Belitung)”, hasil laut yang dihasilkan nelayan Desa Tanjung Binga juga dinikmati para konsumen di Jakarta hingga Eropa.

Kepala Desa Tanjung Binga, Tarappe mengatakan, Desa Tanjung Binga menjadi sentra pengolahan ikan asin terbesar yang kian diperhitungkan.

“Produknya kan dibawa ke Jakarta dulu. Kalau dijualnya sudah ke berbagai negara. Sayangnya belum banyak yang tahu ikan-ikan itu dari Tanjung Binga,” beber Tarappe yang ditemui Kompas.com di kantor desa.

Potensi bisnis yang besar itu, kata Tarappe, ikut berkontribusi dalam menggerakkan perekonomian daerah. Masyarakat juga bisa meningkatkan taraf hidup mereka menjadi lebih baik. Termasuk dalam berkendara, mulai tampak perubahan yang memerlihatkan status sosial mereka.

Namun perekonomian yang mengalir deras bak pisau bermata dua. Di satu sisi menjadi penopang mata pencaharian, di sisi lain menyebabkan banyak generasi muda yang enggan melanjutkan pendidikan. Mereka lebih memilih langsung turun ke laut. Dari situ mereka bisa menghasilkan uang banyak.

Tidak mengherankan jika kemudian banyak bermunculan juragan-juragan ikan yang mengelola belasan hingga puluhan kapal. Mereka juga bisa menunaikan ibadah haji meskipun putus sekolah.

Kampung berseri Astra membanggakan

Tarappe berulangkali membuka bundelan laporan Kampung Berseri Astra di atas meja kerjanya. Tahun 2018 ini, merupakan tahun kedua dari lima tahun yang direncanakan.

Setiap tahun raksasa otomotif Tanah Air itu mengucurkan anggaran untuk daerah yang terpilih dalam program KBA. Pada tahun awal KBA, Desa Tanjung Binga menerima suntikan dana Rp 30 juta. Jumlah itu meningkat menjadi Rp 70 juta pada tahun kedua. Pada tahun-tahun selanjutnya, kucuran dana berpotensi bertambah sesuai progres kegiatan yang dimotori kader penggerak.

“Pemerintahan desa berperan mengawasi dan memberi masukan agar kegiatan KBA punya nilai tambah,” kata Tarappe.

Dia pun mengisahkan, untuk bisa terpilih dalam program KBA, berbagai persiapan dilakukan. Salah satunya menyiapkan dokumen dan presentasi potensi daerah. Pada Februari 2017, Tarappe dibantu perangkat desa lainnya berangkat ke ibu kota Kabupaten Belitung, Tanjung Pandan.

“Di Tanjung Pandan kami presentasi. Kemudian dilakukan survei oleh tim Astra. Beberapa waktu kemudian diumumkan kalau Tanjung Binga terpilih,” kenangnya.

Desa Tanjung Binga yang menyisihkan 308 desa lainnya sekaligus dinobatkan sebagai satu-satunya desa yang masuk program KBA di Kepulauan Bangka Belitung. Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman menerima langsung penetapan tersebut. Hingga saat ini, KBA tersebar di 77 desa se-Indonesia.

“Kami merasa bangga. Ketika itu kader KBA juga diundang untuk pelatihan di Medan. Tentunya ini menjadi tantangan agar sektor yang belum tergarap bisa dikelola. Jangan terpaku pada program desa yang sudah ada,” pesannya.

Ketua KBA Tanjung Binga, Satrio menyebutkan, pengolahan hasil laut menjadi salah satu program yang diunggulkan dalam pilar kewirausahaan. Ini didukung potensi alam yang melimpah.

Pengolahan produk makanan dari hasil laut diharapkan mampu menyerap semua hasil tangkapan nelayan. Sehingga tidak ada lagi istilah terbuang sia-sia. Selain itu juga digiatkan pembenahan lingkungan dan pariwisata.

“Kami juga adakan pembagian bibit seledri, pembuatan pagar dan pembangunan rumah kayu yang nantinya digunakan untuk tempat berkumpul semua kader penggerak KBA,” bebernya.

Kampung Berseri Astra merupakan program kontribusi sosial berkelanjutan Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar program yaitu pendidikan, kewirausahaan, lingkungan dan kesehatan.

Melalui program Kampung Berseri Astra ini, masyarakat dan perusahaan dapat berkolaborasi untuk bersama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

https://regional.kompas.com/read/2018/12/30/21565781/harapan-dan-kebanggaan-itu-muncul-dari-sebuah-negeri-penghasil-ikan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke