Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur NTT Dinilai Terburu-buru Wacanakan Kenaikan Tarif Masuk TN Komodo

Kompas.com - 17/12/2018, 13:41 WIB
Markus Makur,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Dewan Pimpinan Daerah Insan Pariwisata Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur menilai, Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor B Laiskodat terlalu terburu-buru menghembuskan wacana kenaikan tarif masuk Taman Nasional Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT.

Penilaian itu dituangkan dalam pernyataan sikap dari Dewan Pimpinan Daerah Insan Pariwisata Indonesia Propinsi Nusa Tenggara Timur yang ditandatangai Ketua, Rafael Todowela dan Sekretarisnya, Leonardus Embo, sebagaimana diterima Kompas.com melalui email dan WhatsApp, Senin (17/12/2018).

Todowela dan Embo menuturkan, dampak dari pernyataan Viktor, sejumlah wisatawan mancanegara dan domestik ada yang membatalkan kunjungan ke Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo 2019 akan datang.

Baca juga: Pemprov NTT Didesak Hentikan Wacana Kenaikan Tarif Masuk TN Komodo

Pada 14 Desember 2018, ada banyak wisatawan mancanegara yang membatalkan kunjungan ke Labuan Bajo, Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat, maupun ke Taman Nasional Komodo melalui travel agency lokal.

“Akibat dari wacana Gubernur Nusa Tenggara Timur menaikkan tiket masuk ke Taman Nasional Komodo, akan berdampak pada pemecatan karyawan secara masif di Labuan Bajo, seperti karyawan kapal pinisi, kapal wisata, kapal open deck, pegawai hotel, restauran, dan terlebih-lebih akan menghilangkan mata pencaharian pengrajin patung komodo di Pulau Komodo dan Rinca," kata Todowela.

Berbagai sektor pendukung pariwisata Manggarai Barat, lanjut dia, ke depannya terancam dirugikan.

Todowela dan Embo menambahkan, dampak luas lain yakni berkurangnya wisatawan yang melakukan kunjungan ke 'Flores Overland' (atau tour dari barat ke timur pulau Flores).

Kemudian, mengecilnya pendapatan asli daerah Kabupaten Manggarai Barat dari sektor pajak kamar hotel dan restauran.

“Saat ini ada 350 pemandu wisata yang bekerja sebagai pemandu di Himpunan Pramuwisata Indonesia Cabang Manggarai Barat di Labuan Bajo, piring nasi mereka pun terancam karena ketiadaan bookingan dari travel agency maupun membatalnya tamu rekomendasi pribadi. Toko suvenir pun akan terancam tutup karena ketiadaan wisatawan yang berbelanja. Kapal-kapal open deck yang mengangkut wisatawan berbiaya rendah akan mengganggur karena tidak ada yang menggunakan kapal-kapal open deck tersebut,” ujar dia.

Saat ini, ada 300 unit kapal wisata di Labuan Bajo yang pekerjaannya mengangkut wisatawan ke Pulau Komodo.

Untuk itu, Insan Pariwisata Indonesia Propinsi Nusa Tenggara Timur, lanjut Todowela dan Embo, mendesak Gubernur NTT melakukan mencabut kembali wacana kenaikan tiket tersebut lewat media.

Kemudian, mengimbau wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik untuk tetap melakukan kunjungan ke TN Komodo.

Mereka juga meminta Viktor meminta maaf kepada semua pelaku wisata di Manggarai Barat dan Pulau Flores atas beredar luasnya wacana tersebut, yang dinilai berdampak luas terhadap pelaku wisata di Pulau Flores, dan khususnya Manggarai Barat.

Baca juga: Dampak Pernyataan Gubernur NTT Naikan Tarif Masuk ke Pulau Komodo

Gubernur NTT diminta bertangung jawab atas kerugian travel agency lokal yang sudah membayar deposit ke kapal bagi wisatawan yang kunjunganya batal.

Terakhir, pihaknya mendesak Gubernur NTT mengeluarkan pernyataan permintaan maaf dan menarik kembali wacana ini dalam tempo 2x24 jam atau 48 jam, mulai hari ini 17 desember sampai besok 18 Desember 2018.

“Apabila Gubernur NTT tidak mengambil sikap berjiwa besar dalam mengakui kekeliruannya maka kami seluruh pelaku wisata Pulau Flores dan Labuan Bajo akan melakukan gerakan sporadis menutup semua akses vital di seluruh Pulau Flores,” ancam dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com