PEKANBARU, KOMPAS.com - Memasuki hari ke tujuh banjir melanda Desa Terantang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, Sabtu (15/12/2018), para korban banjir saat ini belum mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Kampar.
Sehingga, para korban terpaksa memakan makanan alakadarnya.
Pantauan Kompas.com Sabtu malam, sejumlah anak-anak makan dengan nasi putih dicampur mi instan di sebuah rumah yang dijadikan posko banjir milik warga bernama Azmi (30).
"Terpaksa makan nasi putih sama mi instan. Bantuan dari pemerintah belum ada," kata Eprita (37), pada Kompas.com.
Kehidupan korban banjir semakin pahit. Kadang untuk makan, mereka menangkap ikan di lokasi banjir dan juga nekat masuk ke Sungai Kampar.
Baca juga: Pasca-banjir Bandang, Warga di Simalungun Manfaatkan Sungai Kecil untuk Minum
Saat ini, kata Eprita, stok bahan kebutuhan pokok, seperti beras, minyak goreng, cabai, dan lainnya, sudah nyaris habis.
Sementara untuk mendapatkan kebutuhan pokok juga sulit, karena permukiman warga ini dikepung banjir.
Sehingga untuk membeli beras dan kebutuhan lainnya, warga harus pergi ke Desa Danau Bingkuang yang berada di dekat jalan lintas Riau-Sumatera Barat, yang jaraknya sekitar 15 kilometer.
"Untuk pergi ke danau bisa pakai robin (perahu mesin) milik warga di sini. Itu ongkos pulang pergi Rp 400.000. Mikir dua kali kalau mau beli beras ke sana. Kalau lewat darat tidak bisa karena jalan banjir," kata Eprita.
Meski ada warung yang menjual beras di perkampungannya itu, lanjut dia, harganya cukup mahal.
"Di sini (Desa Terantang) ada yang jual beras, tapi harganya selangit. Beras yang biasanya Rp 115.000 perkarung, sekarang jadi Rp 155.000. Karena stok beras di kampung kami mau habis," sebut Eprita.
"Jadi, anak-anak kami terpaksa makan nasi putih campur indomie dan sesekali campur telur ayam," ujar dia.
Korban banjir lainnya, Leni (35) mengatakan, kondisi air di rumahnya masih tinggi sekitar 60 sentimeter sampai satu meter.
"Kami di sini tidak bisa keluar. Sebab, akses mau keluar banjir. Jadi, kami masih bertahan di rumah," kata Leni.
Dia mengaku, stok beras di rumahnya sudah hampir habis.