Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percakapan Terakhir Istri dengan Suaminya yang Tewas Dibantai di Nduga Papua

Kompas.com - 09/12/2018, 08:14 WIB
Kontributor Samarinda, Gusti Nara ,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com - Suasana duka masih menyelimuti Agus Rudia Pasa pasca-meninggalnya sang suami, Samuel Pakiding, akibat dibantai kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) di Bukit Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

Saat ditemui di rumah duka di Jalan Tengko Situru RT 25 KM 5 Bukit Sion, Jahab, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (8/12/2018), Agus masih ingat betul komunikasi terakhir dengan suaminya.

Agus menjelaskan, selama ini ia dan suaminya, Samuel hanya bisa berkomunikasi lewat ponsel beberapa kali. Sebab, di lokasi tempat Samuel bekerja, tidak ada sinyal dan sulit dijangkau kendaraan.

“Dia berangkat ke Papua tanggal 13 Oktober, tanggal 14 November komunikasi terakhir, karena dia turun ke Timika. Dia bercerita, dia sangat hati-hati di sana. Dia tidak berani macam-macam karena jika ada masalah walau sepele akan berujung penumpasan,” ujarnya.

Saat itu, firasat Agus sudah tidak enak. Dia sempat melarang Samuel untuk pergi naik gunung ke lokasi kerjanya di Nduga. Agus memaksa Samuel untuk menetap di Timika dan mencari pekerjaan lain.

Baca juga: Dia Laki-laki Terbaik, Bapak Terhebat dan Suami yang Luar Biasa...

Namun Samuel menolak. Samuel beralasan, tidak enak meninggalkan bos dan rekan-rekannya yang sama-sama bekerja di PT Istaka Karya.

“Terakhir telepon itu, dia bilang ditawari kerja borongan membangun sekolah di Timika, saya setuju sekali. Saya bilang tidak usah naik ke Nduga lagi, kerja saja bangun sekolah. Tapi dia bilang tidak enak meninggalkan teman-temannya. Jadi dia naik lagi dan meneruskan pekerjaan bersama PT Istaka Karya,” tuturnya.

Tidak disangka, percakapan itu adalah percakapan terakhir antara Agus dan Samuel. Senin (3/12/2018) Agus mendapat kabar penembakan 31 pekerja PT Istaka Karya di Nduga, Papua, oleh kelompok sparatis.

Dia tidak percaya, dan terus meyakini suaminya masih hidup. Bersama anak-anak dan keluarga lainnya, Agus terus berdoa untuk keselamatan Samuel. Naas, beberapa hari setelah itu, kabar kematian Samuel sampai ke telinganya.

“Hati saya hancur, waktu mendengar kabar penembakan itu. Saya bingung harus menghubungi siapa. Saya tidak tahu lagi, berhari-hari saya nantikan kabar keselamatannya. Waktu bosnya telepon pada hari Rabu, kaki saya seperti sudah melayang,” ungkapnya.

Harapan Samuel bisa berkumpul merayakan Natal bersama di Jahab, seketika sirna. Kenangan hidup bersama Samuel menjadi tangis pilu seluruh keluarga. Hanya doa dan keyakinan perlindungan Tuhan yang menjadi kekuatan Agus untuk tetap hidup melanjutkan perjuangan membesarkan anak-anaknya seorang diri.

“Saya ikhlas, dia pergi. Saya yakin Tuhan sedang menuntunnya menuju surga. Saya percaya, Tuhan tidak akan membiarkan saya dan anak-anak kelaparan. Kami akan tetap berjuang untuk dia,” katanya.

Agus belum memastikan kapan Samuel akan dikebumikan. Agus masih menunggu kedatangan keluarga besar Samuel dari Tana Toraja. Rencananya, setelah kumpul dan rapat keluarga, barulah Samuel dapat dikuburkan dengan prosesi adat Toraja.

“Belum tahu kapan dikuburkan, karena keluarga di Toraja masih dalam perjalanan. Nanti malam, baru akan kami pindahkan almarhum ke peti yang kami siapkan,” sebutnya.

Disinggung masalah tali asih dari PT Istaka Karya, Agus belum bisa memastikan. Sebab, dia masih merasa kehilangan dan tidak bisa berpikir masalah tali asih.

“Ini jenazah baru datang, keluarga masih urus penguburan dan lain-lain. Mungkin nanti baru difikirkan,” pungkasnya.

Baca juga: Pembantaian di Nduga Papua, Keluarga Ini Kehilangan 4 Anggota Keluarga Sekaligus

Samuel meninggalkan empat anak. Anak pertama berusia 17 tahun dan masih duduk di bangku SMP, sementara yang paling kecil masih balita berusia tiga tahun. Kepergiannya ke Nduga belum genap dua bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com