Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pak Guru Arif: Mengajar di Sekolah Rawan Longsor hingga 11 Bulan Tak Terima Gaji

Kompas.com - 29/11/2018, 18:31 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Arif Rahmadi dan sejumlah rekan guru tidak tetap (GTT) yang mengajar sekolah di SDN Darsono 4, Kecamatan Arjasa, Jember, harus menempuh jalan terjal dan curam ke sekolah.

Ya, SDN Darsono 4 letaknya ada di atas bukit. Untuk sampai ke sekolah, Arif harus melalui jalan terjal dan curam. Bahaya semakin mengancam saat musim hujan tiba. Jalan akan sangat licin dan sudah membuat Arif jatuh telah berkali-kali.

Beberapa rekan guru perempuan kadang memilih menitipkan sepeda motor mereka di rumah warga, lalu melanjutkan berjalan kaki sejauh 1,5 kilometer. Tak hanya itu, meski menantang bahaya, Arif mengaku belum mendapat gaji selama 11 bulan.

Berikut ini secara lengkap fakta di balik kisah Arif.

1. Lokasi sekolah di atas bukit yang rawan longsor

Inilah SDN Darsono 4, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Ketika Diambil Dari Foto Udara.KOMPAS.com/ DOK SDN DARSONO 4 Inilah SDN Darsono 4, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Ketika Diambil Dari Foto Udara.

Foto di atas adalah lokasi SDN Darsono 4 di Jember. Letaknya berada di lereng perbukitan curam.

Arif mengatakan, lokasi tersebut juga berada di daerah rawan longsor, terutama setelah hujan lebat.

“Biasanya kalau hujan cukup lebat di pagi hari, anak-anak dipulangkan lebih awal, karena khawatir terjadi longsor,” kata Arif.

Setiap hari, Arif dan beberapa rekan sesama guru GTT di SDN Darsono 4, menempuh jarak kurang lebih 10 kilometer untuk pergi ke sekolah.

Tidak mudah medan yang harus dilalui Arif dan GTT yang lain. Sebab, selain jalannya rusak, jika musim hujan seperti saat ini, kondisi jalan sangat licin.

Baca Juga: Kisah Guru Honorer di Daerah Terpencil, Jadi Tukang Foto Keliling demi Bertahan Hidup

2. Menempuh jalan terjal dan licin

Beginilah Kondisi SDN Darsono 4, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Karena Ruang Kelas Terbatas, Akhirnya Kelas 5 dan 6, Digabung Menjadi Satu Ruangan. KOMPAS.com/ Ahmad Winarno Beginilah Kondisi SDN Darsono 4, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Karena Ruang Kelas Terbatas, Akhirnya Kelas 5 dan 6, Digabung Menjadi Satu Ruangan.

“Kalau jatuh dari motor saat menuju sekolah, sudah tidak terhitung berapa kali, karena jalannya memang cukup licin, apalagi malam harinya turun hujan, akan lebih hujan,” kata Arif kepada Kompas.com.

Jika kondisi jalan licin, biasanya motor milik guru perempuan dititipkan di depan rumah warga.

“Kalau licin, biasanya motor milik guru terutama yang perempuan dititipkan dibawah. Kemudian jalan sekitar 1,5 kilometer ke sekolah,” lanjutnya.

Baca Juga: 2017, Gaji Guru Honorer di Magelang Naik Sesuai UMK

3. 11 bulan belum terima gaji, Arif jadi tukang foto keliling

ilustrasi uang dalam amplop.Thinkstock ilustrasi uang dalam amplop.

Setiap bulan, Arif hanya dibayar Rp 350 ribu, itupun sudah 11 bulan gajinya belum dibayarkan.

“Bagi saya, menjadi guru merupakan panggilan jiwa, sebab mendidik seorang anak merupakan sebuah kewajiban untuk menyiapkan generasi penerus bangsa, honor itu bonus. Jadi, dibayar tidak dibayar, saya tetap mengajar,” tegasnya.

Arif menjadi seorang GTT sudah 18 tahun, namun sampai saat ini tidak ada kejelasan terkait pengangkatannya sebagai PNS.

“Saya ini sebenarnya masuk pegawai K2, namun kemarin mau ikut ujian CPNS, akhirnya tidak bisa karena usia saya sudah lebih dari 35 tahun,” tambahnya.

Untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari, Arif mengaku nyambi sebagai fotografer keliling.

“Kalau boleh jujur, gaji segitu tidak cukup, apalagi hampir satu tahun saya belum bayaran. Ya, saya akhirnya nyambi jadi fotografer kayak mantenan, wisuda,” katanya.

Baca Juga: GTT Sekolah Negeri Boleh Ikut Sertifikasi

4. Harapan guru GTT di SDN Darsono 4

Tenaga honorer K2 terdiri GTT, PTT dan non K2 menggelar aksi unjuk rasa di halaman Pemkab Klaten, Jawa Tengah, Selasa (25/9/2018).KOMPAS.com/Labib Zamani Tenaga honorer K2 terdiri GTT, PTT dan non K2 menggelar aksi unjuk rasa di halaman Pemkab Klaten, Jawa Tengah, Selasa (25/9/2018).

Wahyu Kusuma Dewi, rekan Arif sesama guru GTT, sudah mengabdi selama 17 tahun. Salah satu dirinya bertahan menjalani profesi guru adalah tawa ceria anak didiknya.

“Yang membuat saya bertahan dengan kondisi terbatas begini, ketika bertemu dengan anak- anak dengan semangat belajar cukup tinggi, meskipun kondisi sarana dan prasarananya sangat terbatas,” katanya.

SDN Darsono 4 hanya memiliki enam ruangan kelas saja, sehingga, kelas 5 dan 6 digabung dalam satu ruangan.

“Sebenarnya tidak nyaman, karena tidak kondusif. Tapi mau bagaimana lagi, kami tidak boleh mengeluh dengan kondisi tersebut,” tambah Dewi.

Dewi hanya bisa berharap, akan ada kebijakan dari pemerintah pusat, untuk mengangkat dirinya bersama tenaga K2 yang lain sebagai pegawai negeri sipil (PNS).

“Itu harapan besar kami, semoga saja akan ada kebijakan baru terkait perbaikan nasib kami- kami ini,” harapnya.

Baca Juga: GTT dan PTT Tidak Memperoleh THR

5. Komentar Kepala SDN Darsono 4 

Ilustrasi siswa SD. . Siswa SD Negeri 002 Peso, Bulungan yang terletak di pedalaman, melakukan kegiatan membaca di luar jam pembelajaran. Kabupaten Bulungan menjadi daerah pertama di Indonesia yang memasukan suplai buku bacaan anak kedalam komponen BOSDA. Dok Disdikbud Bulungan Ilustrasi siswa SD. . Siswa SD Negeri 002 Peso, Bulungan yang terletak di pedalaman, melakukan kegiatan membaca di luar jam pembelajaran. Kabupaten Bulungan menjadi daerah pertama di Indonesia yang memasukan suplai buku bacaan anak kedalam komponen BOSDA.

Kepala SDN Darsono 4, Agus Tedjo Sukmono, mengatakan, tercatat ada lima orang GTT di sekolahnya.

“Kalau soal kesejahteraan, sebenarnya sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Mereka hanya mendapatkan gaji Rp 350.000 per bulan, jadi jauh dari angka UMK Jember,” katanya.

Meski terbatas, Agus sangat mengapresiasi kinerja GTT di sekolahnya.
“Alhamdulillah, meskipun gajinya minim, mereka cukup rajin. Karena mereka punya semangat untuk mendidik generasi penerus bangsa,” tambahnya.

Baca Juga: Peluang Wirausaha Terbuka Lebar, Gubernur NTT Tawarkan Guru Honorer Beralih Profesi

Sumber: KOMPAS.com (Ahmad Winarno)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com