Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hamzah, 8 Tahun Kayuh Becak Pakai Topeng hingga Berhasil Jadi Sarjana

Kompas.com - 21/11/2018, 15:21 WIB
Junaedi,
Khairina

Tim Redaksi

Gagal jadi TNI tak membuat Hamzah kecewa, apalagi putus asa. Tahun 2014, ia mulai mengikuti nasihat gurunya agar ia melajutkan kuliah saja. Hamzah lalu mendaftar di Sekolah Tinggi Kelautan dan Perikanan (STITEK) Balik Diwa Makassar secara diam-diam.

Hamzah bangga karena menerima panggilan melalui jalur beasiswa Bidik Misi.

Namun, impian Hamzah menjadi sarjana di Makassar lagi-lagi kandas lantaran orang tua tercinta tak merestuinya.

"Waktu itu wakil rektornya sudah pastikan saya lulus Bidik Misi. Tapi orangtua lagi-lagi tak merestuai. Intinya ia tak ingin saya jauh-jauh darinya,” jelas tokoh penggerak literasi Majene ini.

Hamzah lalu mendaftar di Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) UT Majene.

Baru beberapa bulan menempuh kuliah, sang ayah tercinta, Usman, yang menjadi tokoh panutan dalam keluarga meninggal dunia.

Kehilangan orang tercita yang menjadi pembimbing dalam keluarga sempat membuat Hamzah frustasi dan nyaris berhenti kuliah.

Namun, Hamzah mengaku beruntung banyak orang yang selalu memberikan semangat dan nasihat untuknya.

“Saya lalu menyadari sikap saya ini keliru. Kematian orang tua justru saya jadikan pelecut semangat untuk lebih bersemenangat kuliah meski kehilangan orang tercinta. Di situlah mungkin hikmahnya,” jelas Hamzah.

Baca juga: Mengintip Hobi Unik Nira Prakasita, Sarjana Fisika Kolektor Aneka Singa

Sejak semester pertengahan hingga usai kuliah, Hamzah mulai jarang mengayuh becak lagi. Meski tak meninggalkan profesinya sebagai tukang becak, Hamzah memilih menjadi buruh bangunan atau tukang cat keliling.

Berteman dengan banyak mantan teman sekolahnya yang kini jadi pemborong membuat Hamzah tak kesulitan mendapatkan order atau pekerjaan untuk menopang ekonomi keluarga kecilnya hingga membiayai kuliahnya.

Seperti saat mengayuh becak, saat menjadi buruh cat bangunan gedung sekolah atau rumah pribadi, Hamzah juga memakai topeng saat bekerja. Alasannya, selain untuk melindungi diri dari panas matahari juga agar ia tak jadi bahan ledekan teman-teman kuliahnya atau mantan teman sekolahnya saat bekerja.

Dengan upah Rp 75 ribu per hari sebagai buruh cat bangunan, Hamzah mengaku bisa membiayai kuliahnya hingga menjadi sarjana ilmu manajemen di UT tempat ia mendaftar.

Ditanya soal rencananya setelah meraih predikat sarjana, Hamzah mengaku ingin fokus menjadi penggerak literasi agar kegiatan sosialnya itu bisa memberi manfaat kepada orang banyak.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com