MAKASSAR, KOMPAS.com – Selama 16 hari terhitung sejak 3 hingga 19 November 2018, 636 kali gempabumi tektonik mengguncang Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar).
Rentetan gempa ini terjadi, akibat Sesar Saddang yang aktif pascagempabumi terjadi di Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng).
Dari total 636 kali gempabumi dengan getaran bervariasi mulai berskala kecil hingga magnitudo di atas 5, sebanyak 211 kali gempabumi dirasakan oleh warga.
Gempabumi yang ratusan kali terjadi di Mamasa ini terjadi di darat berkedalaman 10 kilometer dan tidak menimbulkan tsunami.
Menurut Plt Kepala BBMKG Wilayah IV Makassar, Joharman dalam keterangan tertulisnya, Senin (19/11/2018) mengatakan, Mamasa telah diguncang gempabumi sebanyak 636 kali selama 16 hari terakhir di bulan November.
Sebanyak 211 kali gempabumi yang dirasakan masyarakat.
Baca juga: ”Messalu Lembang”, Ritual Menolak Gempa Ala Leluhur Mamasa
Joharman mengungkapkan, terakhir Mamasa diguncang pada pukul 15.23 WITA dengan kekuatan gempabumi magnitudo 4,0. Lokasi pusat gempa berada di darat pada kedalaman 10 kilometer.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, menunjukkan bahwa gempabumi dangkal ini terjadi akibat aktivitas Sesar Saddang dan masih rangkaian gempabumi yang terjadi di Mamasa sejak tanggal 3 November yang lalu. Guncangan gempabumi dirasakan di Mamasa III MMI dan Toraja II MMI. Gempa ini tidak berpotensi tsunami,” katanya.
Joharman menambahkan, masyarakat diimbau tetap tenang dan terus memantau perkembangan gempabumi di Mamasa melalui informasi dari BMKG.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.