Rolly dan Vini lebih dulu dievakuasi, dan segera mendapatkan perawatan di tempat yang lebih baik.
Namun nenek Harina masih harus berjuang untuk bisa keluar dari kubangan lumpur yang nyaris menenggelamkan seluruh tubuhnya.
“Ibu saya badannya gemuk, sudah tua, ia sangat lemah,” tutur Arifin.
Jumat malam itu Arifin sekuat tenaga menyingkirkan beton yang menghimpit ibunya, tidak mudah bagi Arifin, apalagi lumpur cair mengubur sebagian besar tubuh orang yang sangat dicintainya ini.
“Dalam fikiran, saya harus menyelamatkan ibu, saya rela mati untuk ibu saya, apapun akan saya lakukan,” tutur Arifin di pengungsian.
Dengan berbagai alat yang dipunyai, ia membongkar sedikit demi sedikit material beton yang mengurung ibunya. Lapar dan haus tidak dihiraukan, semua orang yang menolong keluarganya di sini merasakan yang sama.
Tidak ada bantuan dari manapun, Arifin dan masyarakat Petobo berjuang sendiri-sendiri untuk menyelamatkan keluarganya dari penderitaan yang memilukan ini.
“Semua lapar, termasuk ibu. Saya memberi makan jajanan anak yang berasal dari puing-puing warung yang ikut hanyut tidak jauh dari tempat ibu terjepit,” papar Arifin.
Menjadi pengungsi
Setelah berjuang lama, pada Sabtu sore ibunya bisa dibebaskan dari jepitan material rumah. Ia membawanya ke tempat pengungsian. Dengan tertatih-tatih, Arifin menggendong ibunya. Perjuangan tak kenal lelah berbuah keberhasilan.
24 jam Harina meringkuk tak berdaya di puing-puing rumah bercampur lumpur di Petobo. Ia nyaris putus asa, namun doa terus ia panjatkan agar bisa selamat dari bencana ini.
Ia bahkan telah membayangkan jika akhir hidupnya dalam kondisi seperti ini ia sudah menerima ikhlas, ia seperti menghadapi kematian di samping anak kandungnya yang tengah berusaha menyelamatkan.
Namun kehendak Tuhan berkata lain, doanya dan doa anaknya dikabulkan Tuhan. Ia bisa diselamatkan.
Baca juga: Bekas Bencana Likuefaksi Jadi Ajang “Reuni” Warga Korban Gempa Sulteng
“Jika saya pasrah menerima nasib ini, mungkin ibu saya sudah tak terselamatkan, saya bersyukur,” ujar Arifin.
Tidak ada perawatan bagi Harina, ia hanya dibawa ke tenda pengungsian. Wanita sepuh ini pasrah dengan terluka.