Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sadikin Pard, Lahir Tanpa Lengan, Melukis dengan Kedua Kakinya

Kompas.com - 16/10/2018, 18:43 WIB
Andi Hartik,
Khairina

Tim Redaksi


Kemampuan melukis Sadikin terus tumbuh melebihi tuntutan dari organisasi yang diikutinya. Sadikin terus melukis, menorehkan karya demi karya.

Perlahan, nama Sadikin mulai dikenal karena kualitas karyanya. Bukan karena keterbatasannya sebagai pelukis.

Sadikin juga kerap mengikuti pameran di berbagai negara yang diselenggaran oleh AMFPA.

Sadikin juga tidak jarang mengikuti pameran di berbagai daerah di Indonesia untuk memperlihatkan kualitas karyanya kepada publik dalam begeri.

Upayanya berhasil. Karyanya banyak yang laku dengan harga yang tidak murah. Bahkan, ada salah satu karya lukisannya yang laku hingga Rp 250 juta.

Sibuk dengan dunia seni lukis membuat Sadikin harus mengenyampingkan kuliahnya. Sadikin akhirnya tidak bisa menyelesaikan kuliahnya karena banyak mata kuliah yang ia tinggalkan.

"Kuliah sampai semester delapan karena harus berbagi tugas. Kebetulan saya dilahirkan oleh orang tua yang kurang mampu. Jadi saya harus membayar uang kuliah sendiri," katanya.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Van Gogh, Pelukis Pasca-Impresionisme

Menolak Lemah Karena Disabilitas

Banyak faktor yang membuat Sadikin tetap optimis meski hidup dengan segala keterbatasan. Salah satunya adalah faktor religius yang dianut oleh Sadikin. Ia menganggap segala yang ada pada dirinya adalah amanah dari Tuhan untuk dimanfaatkan bagi makhluk lainnya.

"Menurut saya itu sebagai amanah. Jadi apa yang saya miliki itu adalah anugerah yang diberikan oleh Allah. Jadi saya harus menjaga amanah itu sebaik mungkin," katanya.

Selain itu, Sadikin menyadari kodrat dirinya yang akan menjadi kepala keluarga dan harus menafkahi keluarganya.

"Saya sudah harus berkeluarga dan punya keluarga tentunya harus bertanggung jawab," katanya.

Orang - orang di sekitar Sadikin juga menjadi motivasi untuk meraih kesuksesan secara mandiri. Terutama ibunya, Sarmi.

Sosok perempuan sederhana itu sangat membekas di hati Sadikin karena selalu memotivasi dirinya untuk sukses secara mandiri.

Bahkan, Sadikin yang merupakan anak ke-8 dari sembilan bersaudara dan satu - satunya yang cacat tidak pernah diperlakukan istimewa oleh orang tuanya.

Hal itu supaya tidak tertanam rasa ingin dikasihani dalam diri Sadikin.

"Guru hidup saya pertama adalah ibu. Sebagai motivator saya yang tidak saya lupakan. Tidak ada kata memanjakan, dikasihani tidak ada. Saya salah saya dimarahi," katanya.

Selain itu, gurunya di AMFPA juga menjadi cikal bakal jiwa kemandirian di dalam diri Sadikin.

"Dia selalu bilang walaupun kamu cacat kamu harus berdiri di atas kaki kamu sendiri," katanya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com