KOMPAS.com - Setidaknya 137 pengungsi di Lombok terjangkit malaria, petugas kesehatan segera melakukan tes darah dan membagikan kelambu berinsektisida.
Selain itu, anggota TNI mendaki Gunung Rinjani untuk memastikan kondisi jalur pendakian pasca gempa. Meski aman, pendakian ke Gunung Rinjani masih tertutup.
Berikut fakta terbaru terkait kondisi bencana gempa di Lombok, NTB.
Berdasar keterangan Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat, Rachman Sahnan Putra, hingga Minggu (16/9/2018), sudah tercatat 137 warga yang dinyatakan positif malaria.
137 warga tersebut tersebar di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Lombok Barat, Batu Layar, dan Lingsar.
Menurut Rachman, data tersebut akan terus diperbarui dari laporan tim yang ada di lapangan saat melakukan tes darah atau Mes Blood Service.
“Kita juga meminta bantuan tenaga dari puskesamas lain seperti Puskesmas Kuripan, mengingat harus 750 orang warga di wilayah Batu Layar yang harus menjalani tes darah atau MBS, itu harus terpenuhi karena ada yang positif di wilayah tersebut,” kata Rismayadi, Kepala Puskesmas Meninting, Rismayadi, kepada Kompas.com, Minggu.
Baca Juga: Percepat Pemulihan NTB Pasca Gempa, Puan Gelar Rapat Tingkat Menteri
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan, upaya pencegahan penyebaran Malaria sudah dilakukan.
Namun, Nila mengakui, pasca gempa, daerah bencana di Lombok sangat ideal untuk berkembangnya malaria.
"Jadi memang betul malaria di Lombok itu masih endemis. Ada yang sudah eliminasi, kemudian ada beberapa kabupaten endemik sedang, ada yang agak tinggi," katanya kepada wartawan di Kuta, Bali, dikutip dari Antara, Selasa (18/9/2018).
Pemerintah telah melakukan antisipasi dengan memberikan kelambu nyamuk untuk menghindari gigitan, memasok obat-obatan malaria, dan juga memasok zat pembunuh jentik nyamuk larvasida.
Baca Juga: Gerak Cepat Kemenko PMK atasi Penyebaran Malaria di NTB
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Mataram, NTB, mengirim surat ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) agar segera mencairkan dana bantuan perbaikan rumah.