Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Jejak Kerajaan Sriwijaya yang Mulai Terkikis di Kota Kapur (1)

Kompas.com - 27/08/2018, 10:35 WIB
Heru Dahnur ,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

BANGKA, KOMPAS.com - Situs warisan sejarah di Desa Kota Kapur, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, kini nyaris tidak bisa dikenali. Penduduk setempat bahkan sengaja menutupi area situs dengan timbunan tanah demi menghindari penjarahan.

Kepala Desa Kota Kapur, Makmun, mengatakan, ada tiga situs yang kini tampak sebagai perkebunan biasa. Hanya plang nama yang menjadi penanda bahwa sejumlah kawasan menjadi lokasi penemuan benda bernilai sejarah.

“Gundukan tanah ini sengaja dibuat untuk menutupi situs di dalamnya. Kondisi ini bahkan sudah sejak lama. Konon di dalamnya ada susunan bata dan tembikar,” kata Makmun saat berbincang dengan Kompas.com di Desa Kota Kapur, Sabtu (18/8/2018).

Baca juga: Perjalanan Jafro Megawanto, Tukang Lipat Parasut Peraih Emas Asian Games (1)

Dia berharap, penelitian segera dilakukan untuk merekonstruksi bangunan situs yang disebut sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Selain sebagai magnet bagi wisatawan, keberadaan situs diharapkan menjadi identitas nasional yang bernilai tinggi.

“Dari desa ini ditemukan prasasti kota kapur. Prasasti yang menjadi sumber kunci akan adanya Kerajaan Sriwijaya,” ujarnya.

Pada Sabtu (18/8/2018) siang, Kompas.com bersama rombongan kuliah kerja nyata (KKN) Universitas Bangka Belitung berkesempatan untuk melakukan penelusuran tiga situs Kota Kapur. Cuaca cerah saat kami melewati jalanan yang belum diaspal sepanjang hampir dua kilometer.

Baca juga: 5 Fakta Penolakan Tokoh #GantiPresiden Ahmad Dhani di Surabaya, Terjebak 3 Jam hingga Polwan Dicakar

Situs pertama yang kami jumpai berupa benteng alam dengan topografi perbukitan. Tidak ada tanda-tanda bangunan tempo dulu yang tersisa.

Perjalanan kemudian dilanjutkan memasuki perkebunan sahang (lada), dan ditemukan dua buah batu berbentuk bundar. Penduduk meyakini batu-batu tersebut bagian dari lokasi pemandian penguasa Kota Kapur kala itu.

Situs ketiga yang kami dapati berada di areal perkebunan karet dan durian milik warga. Pada situs ini hanya ada gundukan tanah yang sengaja dibuat untuk menyembunyikan benda-benda di dalamnya.

Secara keseluruhan, kawasan situs Kota Kapur berada dalam ladang dan perkebunan milik penduduk setempat. Saat musimnya tiba, berbagai buah-buahan seperti durian, duku, mangga dan pisang membanjiri Desa Kota Kapur.

Jalur sungai

Berjarak sekitar satu kilometer dari kawasan situs, mengalir Sungai Mendo. Sungai ini terhubung dengan selat yang memisahkan Sumatera Selatan dan Pulau Bangka.

Berdasarkan informasi yang dirangkum, Sungai Mendo sebagai jalur pelayaran tradisional yang eksis hingga saat ini. Ini terbukti dengan adanya dermaga yang menjadi lokasi sandar puluhan perahu nelayan.

Baca juga: Misteri Penculikan Hasni Selama 15 Tahun, Dicuci Otak hingga Jadi Budak Seks Dukun

Konon penguasa Sriwijaya dari daratan Sumatera Selatan (Palembang) masuk ke Kota Kapur melalui jalur Sungai Mendo. Kedatangan ekspedisi Sriwijaya untuk mengingatkan penguasa Kota Kapur untuk tunduk dan patuh.

Sebagai peringatan, sebuah prasasti ditinggalkan kemudian dikenal dengan nama Prasasti Kota Kapur. Prasasti tersebut berisi sumpah dan kutukan bagi setiap orang yang membangkang terhadap Raja Sriwijaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com