Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Bumi Berguncang, Rinjani Bergemuruh, Ribuan Pendaki Lari Tak Tentu Arah...

Kompas.com - 01/08/2018, 08:15 WIB
Fitri Rachmawati,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Kompas TV Pihak keluarga tidak memberi izin pihak rumah sakit mengotopsi jenazah. tim forensik pun hanya melakukan visum luar terhadap korban.

“Rumput pun tak terlihat oleh debu, kawan-kawan tak terlihat, hanya mendengar suara kawan kawan yang memanggil. Saya mendengar kawan bernama Fauzan pendaki dari Makassar yang saya dengar memanggil. Saya cari, saya tenangin dia. Cuma dia yang bersama saya ketika debu mulai menghilang,” kata Asril.

Asril mengaku sempat jatuh saat terjadi gempa di jembatan menuju danau dari Pelawangan. Dia menggambarkan, saat kejadian longsoran yang jatuh adalah tanah dan bebatuan yang besarnya dua kali lipat ukuran kepala orang dewasa.

Cari pertolongan

Asril berinisiatif mencari pertolongan. Dia mencari sinyal telepon seluler. Ketika sampai di Pelawangan, ia meminta bantuan agar menyelamatkan Ainul dari jalur menuju danau.

Asril menemukan porter dan guide, namun mereka tidak berani menolong dan menyarankan dia meminta bantuan ke petugas TNGR di kantor.

Dia terus berusaha mencari bantuan. Di pos 2, Asril menemukan petugas dan membuat laporan lengkap atas kejadian yang menimpa pendaki Makassa yang juga kawannya itu.

“Saya kasih biodata Ainul. Lokasi dan kronologi kejadian saya berikan kepada petugas di pos 2. Saya dievakuasi turun sampai pos 1, saya naik ojek sampai ke Bawak Enao,” kata Asril.

Asril menjelaskan, ia bersama 13 orang temannya juga bertemu dengan warga dari berbagai negara, terbanyak dari Thailand. Mereka semua, kata Asril, melarikan diri dan meninggalkan barang serta peralatan.

Ribuan pendaki berhasil dievakuasi

Proses evakuasi seluruh pendaki yang tengah dalam keadaan panik tidaklah mudah. Sebanyak 244 anggota tim gabungan SAR Mataram, BPBD, TNGR, Mapala Universitas Mataram, tenaga medis, TNI dan Polri membagi tugas dalam proses evakuasi.

Berdasarkan data, jumlah pendaki yang berhasil dievakuasi sebanyak 1.226 orang. Terdiri dari 696 warga negara asing (WNA) dan 530 warga negara Indonesia (WNI).

Proses evakuasi berlangsung hingga Selasa. Terakhir petugas mengevakuasi 6 orang, 3 pendaki, 2 orang porter dan jenazah pendaki asal Makassar.

Baca juga: 1.226 Pendaki Telah Dievakuasi dari Gunung Rinjani

Pendaki asal Australia, Stanley Yu yang sempat ditemui Kompas.com saat ia hendak meninggalkan Lombok melalui Bandara Internasional Lombok, mengatakan, saat kejadian dia tengah berada di puncak Rinjani.

“Sekitar 10 menit setelah saya memegang papan ketinggian Rinjani dan mengambil foto, tiba-tiba goncangan besar terjadi, gempa, semua panik. Saya tiarap. Setelah keadaan tenang mencoba turun," katanya.

Dia juga mengatakan, semua pendaki pasca-gempa saling membantu agar tak jatuh korban setelah melewati hal yang sangat mengerikan.

Stanley Yu tak sendiri, bersama George, kawannya yang juga dari Australia, meninggalkan Lombok. Meski diguncang gempa, dia tetap memiliki kesan yang baik tentang Rinjani. Ia menyebut Rinjani indah. Hanya saja, menurutnya, masalah sampah harus diperhatikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com