Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekeringan Melanda Kulon Progo, Sejumlah Desa Kesulitan Air Bersih

Kompas.com - 04/07/2018, 20:05 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Kesulitan air bersih melanda tiga pedukuhan di Desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo, di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, memasuki musim kemarau tahun ini.  

Sumur-sumur timba warga mulai mengering. Pasokan air dari beberapa sumur dalam yang dikelola lewat program Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) juga tidak mencukupi kebutuhan ratusan kepala keluarga.

Pringgo, 65 tahun, seorang petani di Ngrandu. Ia tinggal tak jauh dari penampungan air sumur dalam milik Pamsimas, bersama seorang istri dan seorang anak. Keluarganya biasa bisa memanfaatkan air paling banyak 10 meter kubik untuk  1 bulan.

Pringgo mengaku sumur timbanya sudah kering. Pasokan dari Pamsimas sangat terbatas. Padahal Pringgo sekeluarga membutuhkan air untuk keperluan rutin seperti mandi, mencuci, hingga memasak.

Baca juga: 2.000 Tangki Air Disiapkan Untuk Antisipasi Kekeringan di Jawa Tengah

 

“Sekarang harus sangat ngirit dan mengutamakan masak. Sudah sulit sejak 3 bulan ini,” kata Pringgo

Tanda kekeringan di desanya sudah mulai tampak bahkan sebelum bulan Ramadhan.  Pringgo sempat gagal panen padi di Maret 2018 lalu. Dan kini ketika waktunya menanam jagung, ia tidak berladang karena tanah sudah tandus. “Air irigasi juga kering sejak lama. Sekarang tidak panen apa-apa,” kata Pringgo.

Kekeringan bukan malapetaka bagi Pringgo. Ia dan warga Ngrandu pada umumnya biasa mengalami kekeringan di musim kemarau. Pringgo menceritakan, mereka rutin merasakan kekeringan sejak tahun 1990-an sampai Pamsimas berdiri di 8 tahun lalu. Selama itu, warga selalu berjibaku menghadapi kesulitan air.

Kekeringan juga memaksa mereka beralih pekerjaan sambil menunggu musim hujan berikutnya. “Kami ada yang jadi buruh apapun, (bangunan) iya, atau bantu istri (kerajinan serat alam) menjahit tas, atau apapun,” kata Pringgo.

Baca juga: Cerita Warga Gunungkidul, Manfaatkan Sisa Air Telaga saat Kekeringan Melanda

Sebanyak 200 kepala keluarga mendiami 3 dusun itu, yakni: Ngrandu, Semen, dan Disil. Pemerintah desa membuat Pamsimas untuk mengalirkan air bagi Ngrandu dan Disil sejak 8 tahun lalu dengan rata-rata 28.000 meter kubik per hari.

Menurut warga, musim kering di tahun ini berbeda. “Air sumur dalam kali ini tidak mencukupi lagi,” kata Kepala Dukuh Ngrandu, Sumarno.

Pengolahan air warga ini sejatinya telah berjasa mengaliri air bersih bagi warga dalam 8 tahun belakangan. “Tahun ini memang berbeda. Tahun lalu saja, kami masih bisa panen jagung di musim ini. Semua lahan kosong bisa kami tanami jagung, saat itu. Sekarang tidak bisa (tanam maupun panen),” kata Dani Pristiawan, Kepala Desa Ngrandu.

Warga mengharap bantuan. Pemkab Kulon Progo pun menyuplai 15.000 air bersih ke desa mereka, Rabu ini. Air itu dikelola Pamsimas.

Baca juga: Puluhan Ribu Warga Gunungkidul Terdampak Kekeringan

11 desa alami kekeringan

Sejumlah wilayah Kulon Progo sudah memasuki tahap kesulitan air akibat kekeringan di kemarau. Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo, Drs Ariadi MM mengatakan setidaknya ada 11 desa di 5 kecamatan yang mengalami kesulitan air seperti ini, termasuk Salamrejo. Kulon Progo sendiri terdiri 88 desa/kelurahan.

Pemkab berniat mengentaskan kesulitan air di berbagai desa ini. Melalui kerja sama Dinas Sosial Kulon Progo, BPBD, dan Tagana, mereka penyaluran air ke desa-desa itu untuk mengatasi kesulitan air. Mereka juga mengelola air bersih dari bantuan pihak ketiga.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com