BLORA, KOMPAS.com - Bagi Soesilo Toer (81), Pramoedya Ananta Toer bukan sekadar kakak sulung. Dia adalah orangtua dan juga patron kehidupan.
Pun seperti Pramoedya, Soes, begitu dia kerap disapa, juga gemar menulis. Setidaknya, ada 20 buku yang sudah ditulisnya.
Baca juga: Kisah Soesilo Toer, Adik Pramoedya Ananta Toer yang Bergelar Doktor dan Kini Jadi Pemulung (1)
Soes mengenang Pram, penulis dan sastrawan tersohor yang diakui dunia, sebagai sosok yang idealis dan pemberani. Pram, lanjut dia, adalah sosok pejuang Indonesia yang bercita-cita tinggi untuk kejayaan nusa dan bangsanya.
"Kondisi Indonesia saat itu bagi Pram merupakan kenyataan hidup yang pahit dan menyakitkan. Bangsa besar yang kacau dengan kekayaan alam yang besar, namun impor," tambahnya.
Baca juga: Kisah Soesilo Toer Dituding PKI, Jadi Pemulung Lalu Bangun Perpustakaan untuk Sang Kakak (2)
Melalui tulisan, lanjut Soes, Pram bertarung melawan pusaran sejarah karena dia tidak mau dilindas sejarah. Pram berjuang melawan ketidakadilan.
"Pram tidak mau menjadi gabus yang dipermainkan ombak di tengah samudera sejarah dan setelah itu takluk terempas menjadi sampah di pantai. Pram adalah sejarah yang selalu bertabrakan muka dengan sejarah resmi yang dibuat negara," katanya.
Bersambung ke halaman dua: Pesan untuk Hanung dan Iqbaal Ramadhan sebagai Minke...