Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Frantinus Nirigi, Antara Joke Bom dan Hasrat Pulang Kampung yang Terpendam

Kompas.com - 01/06/2018, 05:40 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Itupun dalam jumlah yang tidak terlalu besar, hanya berkisar antara Rp. 1.000.000 hingga Rp. 1.500.000 sekali kirim.

"Tergantung saat itu orangtua punya uang berapa. Dan jarak dari kampung ke Wamena itu tiga malam empat siang (4 hari 3 malam)," cerita Frans dengan logat Papua yang masih kental.

Selama kuliah, Frans juga membiayai dirinya sendiri. Terkadang ada juga bantuan dana pendidikan dari kabupaten sejak dua tahun terakhir, itupun hanya setahun sekali dan tidak seberapa tergantung semester.

"Kalau saya sudah lapar sekali (benar-benar kehabisan uang), saya baru minta sama kakak yang di Jayapura. Kadang minta Rp 500 ribu, kadang satu juta. Tapi itu kalau sudah lapar sekali," ujarnya.

Sejak menjejakkan kaki di Pontianak tahun 2010 hingga selesai kuliah pada tahun 2018, Frans belum pernah sekalipun pulang ke kampung halamannya.

Begitu wisuda, Frans pun merencanakan untuk pulang kampung.

"Karena di kampung informasinya ada penerimaan PNS, jadi saya mau pulang untuk mengadu nasib, siapa tau diterima jadi PNS. Diterima atau tidak, jadi saya pulang, cek dulu," ungkapnya.

Tiket pulang dia beli sejak dua bulan sebelum tanggal keberangkatan pada 28 Mei 2018 yang lalu.

Tiket pesawat Lion Air JT687 sejatinya akan membawanya ke Jakarta untuk transit, sebelum dia melanjutkan penerbangan menuju Jayapura.

Kecewa dengan Pramugari

Namun, hasrat pulang kampung kandas. Dia berurusan dengan pihak kepolisian karena joke bom yang ia lontarkan kepada pramugari.

Joke tersebut ia lontarkan karena kecewa dengan pramugari saat menyimpan tas berisi tiga buah laptop ke kabin pesawat.

Tiga buah laptop tersebut hanya satu yang masih berfungsi dan bisa digunakan, sedangkan dua laptop lainnya dalam keadaan rusak.

Kedua laptop rusak tersebut juga merupakan titipan dari saudaranya untuk dibawa pulang, supaya bisa diperbaiki di Papua dan bisa menghemat biaya pengiriman apabila diperbaiki di Pontianak.

"Saya juga sudah minta maaf sama pramugari, saya kira sudah sampai disitu, ternyata panjang," katanya.

Dengan perasaan sangat menyesal, Frans pun menyampaikan permohonan maafnya atas peristiwa tersebut.

Kini dia pun hanya bisa pasrah menjalani proses hukum yang saat ini ditangani oleh Penyidik PNS dari Kementerian Perhubungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com