Usai menambatkan rakit, sebelum matahari meninggi, mereka bergegas menuju lubang-lubang peneluran. Mereka mencari lubang peneluran yang jumlahnya lumayan banyak. Tidak semua lubang berisi telur. Kadang-kadang maleo mengelabui predator atau pemburu dengan membuat beberapa lubang peneluran.
Pekerjaan lain Ka Jaka dan Ka Madi setelah itu adalah membersihkan semak dan pepohonan yang dianggap mengganggu maleo. Sebab burung ini memiliki perilaku menyukai tanah yang bersih tanpa semak namun memiliki naungan.
“Alat kerja kami hanya menggunakan parang, cangkul dan sekop. Ini sudah cukup,” kata Ka Jaka.
Luas nesting ground Pohulongo hanya 0,2 hektar sangat kecil bila dibandingkan dengan luas Hungayono yang mencapai 8,4 hektar.
Tidak perlu waktu lama untuk menemukan telur maleo yang baru, mereka berdua menyisir lubang demi lubang, termasuk yang berada di pinggir sungai.
Telur yang dikumpulkan dipindahkan ke tempat penetesan darurat yang berdinding bambu dengan ukuran 2x2 meter. Di dalam bilik bambu inilah telur maleo ditimbun lagi dalam tanah untuk menghindari predator dan ulah manusia pemburu telur.
Peduli konservasi
Ka Jaka dan Ka Madi mendapat pengarahan dari Taufik Najamuddin, staf SPTN 1 Limboto. Jadwal pengambilan telur pun diatur, sepekan sekali mereka bergantian.
“Mereka adalah warga Pinogu yang peduli pada konservasi, kami bekerja sama untuk menyelamatkan maleo dari kepunahan,” kata Bagus Tri Nugroho.
Status maleo saat ini masuk ke daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) karena keberadaannya terancam, dan menjadi salah satu satwa prioritas yang harus segera dipulihkan.
Baca juga : 11 Telur Komodo Menetas di Kebun Binatang Surabaya
Burung maleo dikenal sebagai satwa monogami. Ia hanya berpasangan dengan satu individu, ke mana-mana selalu berdua, termasuk saat menggali tanah untuk bertelur dilakukan secara bergatian.
Saat betinanya sedang bertelur di dalam lubang tanah, sang jantan berjaga-jaga di pinggirnya untuk mengawasi datangnya bahaya.
Upaya Ka Jaka dan Ka Madi di tengah belantara taman nasional ini sangat diperlukan di saat maleo sedang menghadapi kepunahannya.
Tanpa gaji dan fasilitas, mereka bekerja dengan hati tulus untuk menyelamatkan satwa endemik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.