Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Dua Warga Pinogu Gorontalo Selamatkan Maleo dari Kepunahan

Kompas.com - 04/04/2018, 18:29 WIB
Rosyid A Azhar ,
Farid Assifa

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Sebanyak 20 butir telur burung maleo (Macrocephalon maleo) berhasil dipindahkan ke hatchery (tempat penetesan) darurat Pohulongo oleh Ka Madi (41) dan Ka Jaka (64).

Kedua warga Desa Pinogu ini dengan sangat hati-hati memegang dan mengangkat telur maleo yang besarnya 5 kali telur ayam ini. Mereka tidak ingin telur ini pecah atau retak akibat benturan atau jatuh.

Telur-telur lonjong besar ini kemudian dimasukkan ke tanah lembut yang telah digalinya di dalam tempat penetesan yang berdinding bambu.

“Kami memindahkan ke sini agar tidak dimangsa soa-soa atau biawak, juga para pemburu telur,” ujar Ka Jaka (64) diamini Ka Madi (41), Rabu (4/4/2018).

Pemindahan ini dilakukan secara swadaya oleh pelestari maleo dari Desa Pinogu untuk menghindari preadator alami yang sering memangsa atau pemburu telur yang tidak bertanggung jawab.

Mereka mengaku terpanggil untuk melestarikan burung maleo agar tidak punah di tanah mereka, karena burung ini hanya mau bertelur di tanah yang ada panas buminya, dan kawasan ini tidak banyak.

Kedua orang ini tinggal Kecamatan Pinogu, satu permukiman tua yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW).

Baca juga : Kelestarian Burung Maleo Terancam, Habitatnya Diganggu Aktivitas Manusia

Tidak ada jalan menuju Pinogu selain jalur tikus di tengah rimba belantara yang biasa ditempuh warga dengan jalan kaki selama 8-9 jam menuju desa terluar.

Keinginan mengelola ladang peneluran maleo ini lalu disampaikan kepada Taufik Najamuddin, petugas Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) 1 Limboto.

Gayung bersambut. Mereka mendapat dukungan dari Bagus Tri Nugroho, kepala SPTN 1 Limboto yang membawahi wilayah taman nasional Bogani Nani Wartabone di Gorontalo. Mulai Desember tahun lalu, kegiatan mereka dimulai.

Tanah lembut belantara Pinogu ini bersuhu hangat, di dalam tanah ini telur-telur maleo ditimbun untuk ditetaskan. Tidak ada induk yang mengeram, telur ini pasrah dierami panas bumi hingga hari ke-60 untuk menetas.

Di luar tempat penetesan, telur yang sudah dalam tanah kadang-kadang digali oleh biawak atau pemburu. Ini yang dikhawatirkan 2 warga Pinogu tersebut.

Selamatkan telur maleo

Sejak Desember tahun lalu, warga Pinogu ini dengan suka rela berusaha menyelamatkan telur maleo di alam.

Mereka bekerja pertama kali memindahkan telur pada tanggal 19 Desember. Pekerjaan ini dilakoni dengan rasa tulus ikhlas menyelamatkan burung endemik Sulawesi dari kepunahan. Mereka sadar burung ini tidak seperti burung pada umumnya yang bisa bertelur dan mengeram di sembarang tempat.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com