Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Surga Ini, Air Sungai Citarum Berasal

Kompas.com - 26/02/2018, 07:59 WIB
Putra Prima Perdana,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Ketika nama Sungai Citarum disebut, yang terlintas di benak sebagian masyarakat Jawa Barat adalah sampah, limbah dan polutan.

Dalam sejumlah survei pada tahun 2010 dan 2013, misalnya, Citarum mendapat predikat sebagai salah satu sungai paling tercemar di dunia. Pada tahun lalu, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan juga masih menyebutkan Sungai Citarum sebagai sungai paling tercemar di dunia.

Program Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum pun digalakkan oleh Presiden RI Joko Widodo dengan mengintegrasikan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Kota. Warga di sekitar sungai sepanjang 300 kilometer ini juga diminta turut berperan serta.

Kondisi Citarum dinilai sudah memalukan.

(Baca juga: Berkat Video Dokumenter Bule Ini, Pemerintah Tergerak Bersihkan Sungai Citarum)

Bambu ini menunjukkan batu di dasar kolam mata air Citarum dan Cisanti yang menampakan kaki kiri Prabu Siliwangi.KOMPAS.com/Putra Prima Perdana Bambu ini menunjukkan batu di dasar kolam mata air Citarum dan Cisanti yang menampakan kaki kiri Prabu Siliwangi.
Namun, meski betapa tercemarnya hilir Sungai Citarum, tak banyak yang tahu bahwa sungai ini berasal dari sebuah surga kecil yang terletak di Situ Cisanti, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Di salah satu sisi Situ Cisanti ini, adalah mata air jernih yang merupakan asal mula air Sungai Citarum yang mengalir sepanjang kurang lebih 290 kilometer ke hilir, membelah beberapa kabupaten kota.

Mata air Citarum, Cikahuripan, Cikolebres, Cihaniwung, Cisadane, Cikawudukan, Cisanti adalah tujuh mata air yang menjadi pemasok utama air ke Sungai Citarum.

Cerita turun-temurun

Mata air Citarum dan Cisanti yang mendapat perhatian khusus di dalam kawasan tersebut. Sebab, selain paling besar, dua mata air ini memiliki penggalan kisah sejarah tentang Prabu Siliwangi, sang penguasa Kerajaan Pajajaran.

“Mata air ini patilasan (tempat yang pernah disinggahi) Prabu Siliwangi. Beliau mandinya di sini,” ujar Atep Permana (39), penjaga mata air Situ Cisanti kepada Kompas.com.

(Baca juga: Kisah Difabel Pengemudi Ojek "Online", Penumpang Kerap Batalkan Pesanan Setelah Bertemu (1))

Dia juga menuturkan, kolam mata air Citarum dan Cisanti disebut sebagai lokasi mandi favorit Prabu Siliwangi.

Berdasarkan kisah yang disampaikan turun temurun dari kakek buyutnya yang juga menjadi penjaga mata air tersebut, terdapat sebuah batu di dasar kolam yang menampakkan tapak kaki Prabu Siliwangi.

Atep lalu menunjukkan batu tersebut di sebuah kolam yang airnya jernih laksana kristal hingga siapa saja dengan sangat mudah melihatnya.

Tanda tapak kaki yang diklaim milik Prabu Siliwangi tersebut tercetak di atas sebuah batu di dasar kolam yang sejak dulu tidak pernah berubah posisinya. Ada lima lubang kecil seperti bekas pijakan yang menyerupai tapak kaki.

“Ini tapak kaki sebelah kiri Prabu Siliwangi,” ungkapnya.

Bersambung ke halaman dua

 

Kolam mata air Citarum dan Cisanti, dari sini awal mula Sungai Citarum.KOMPAS.com/Putra Prima Perdana Kolam mata air Citarum dan Cisanti, dari sini awal mula Sungai Citarum.
Menurut cerita turun temurun pula, Atep mengatakan, mata air Citarum dan Cisanti dilambangkan sebagai dua sejoli. Mata air Citarum dilambangkan sebagai laki-laki dan mata air Cisanti dilambangkan sebagai perempuan.

“Kalau kayu yang di tengah itu runtuh tahun 1974. Kayu ini jadi pembatas antara mata air laki-laki dan perempuan,” tutur Atep.

Mata air Citarum dan Cisanti terbilang sudah sangat tua. Menurut Atep, beberapa ahli sejarah yang pernah melakukan penelitian menyebutkan, mata air yang bersumber dari hutan di Gunung Wayang tersebut sudah ada sejak 12 juta tahun silam.

“Dua mata air ini memang yang paling besar. Tapi lima mata air lain juga keluarnya (air) masih bagus. Mau musim kemarau atau musim hujan (air yang yang keluar) tetap stabil,” tuturnya.

Untuk pemeliharaan kolam mata air Citarum dan Cisanti, menurut Atep, tidaklah sulit. Setiap hari, dia hanya mengangkat daun-daun yang jatuh ke atas air kolam super jernih tersebut.

Wisata sejarah

Meski terkesan keramat, siapa saja boleh berkunjung dan nyemplung ke kolam ini. Pasalnya, pengelola Situ Cisanti telah menetapkan mata air Citarum dan Cisanti sebagai lokasi wisata umum.

Namun, ada aturan-aturan yang perlu diperhatikan agar menjaga kelestarian dan kebersihan kolam mata air. Saat masuk ke dalam lokasi khusus, pengunjung diminta untuk membuka alas kaki.

“Kalau mau mandi dilarang pakai sampo dan sabun. Yang lagi haid juga tidak boleh masuk. Kemudian kembali lagi kepada sopan santun, tidak boleh sembarangan bicara di sini,” ungkapnya.

Kompas.com berkesempatan mencoba masuk ke dalam kolam. Meski hanya sebatas kaki sampai betis di pinggiran kolam yang jernihnya minta ampun, rasa rileks perlahan menyelimuti. Rimbunnya pepohonan membuat penat di kepala buyar seketika.

Atep juga mempersilakan untuk mencoba meminum air yang keluar membuih dari dasar kolam. Rasanya dingin dan segar. Air yang masuk ke dalam mulut pun terasa manis di lidah.

Rasa manis dan segar di hulu menyatakan bahwa masih ada harapan untuk bisa mengubah predikat Sungai Citarum yang buruk....

 

 

Kompas TV Ratusan rumah di Kabupaten Bandung, terendam banjir, akibat luapan Sungai Citarum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com