Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Difabel Pengemudi Ojek "Online", Penumpang Kerap Batalkan Pesanan Setelah Bertemu (1)

Kompas.com - 25/02/2018, 15:01 WIB
Hendra Cipto,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Kendati memiliki kekurangan dalam fisik, Andika Arisman (27) tetap memiliki semangat yang tinggi untuk berjuang demi hidup. Penyandang disabilitas di Kota Makassar ini menafkahi diri menjadi pengemudi ojek online.

Andika yang berdarah Jawa ini hidup sebatang kara di kota besar Makassar. Andika mengalami cacat tubuh sejak masih kecil. Tubuh bagian kanan mati atau tidak berfungsi akibat terkena penyakit campak. Ia hanya hanya mengandalkan kaki dan tangan kiri untuk beraktivitas. Ketika berjalan, Andika terlihat kesulitan karena kaki kanan bengkok dan tangan kanannya kaku dan tidak bisa digerakkan.

Keterbatasan yang dimiliki Andika tidak mematahkan semangatnya untuk mengejar kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya menjadi seorang pengamen. Dari hasil mengamennya selama puluhan tahun, Andika menabung dan membeli sebuah motor untuk bisa dipakai mencari nafkah. Motor yang baru dibelinya itu terlebih dahulu harus dimodifikasi dari roda dua menjadi roda tiga.

Kegigihan Andika yang hanya lulusan SD ini untuk meningkatkan derajat hidup akhirnya terwujud. Dia pun mulai bergabung di sebuah perusahaan ojek online pada akhir tahun 2017 lalu.

Andika yang tinggal di rumah kosnya di Jalan Sultan Alauddin 2, Lorong Mamua 5B, setiap hari pergi menuju tempat mangkalnya di Jalan Dr Sam Ratulangi yang berjarak sekitar 3 kilometer.

Di tempat mangkalnya, pangkalan Komunitas GoJek Ratulangi Makassar, Andika bersama teman-temannya menunggu orderan ojek secara online.

Tingkatkan derajat hidup

Setiap hari, Andika hanya mendapat pesanan 2 hingga 3 penumpang. Dengan orderan itu, Andika biasa hanya mengantongi uang Rp 20.000 hingga Rp 40.000 untuk biaya hidup sehari-hari. Tampaknya Andika baka sulit mendapat bonus karena nggak bisa memenuhi target 12 pesanan dari perusahaan aplikasi.

Baca juga : Diabaikan dan Alami Ketidakadilan, Difabel Tuntut Kesetaraan Hak

Tak jarang, ketika mendapat orderan, calon penumpang membatalkannya setelah melihat kondisi fisik Andika yang cacat.

"Paling sehari-hari hanya 2 sampai 3 orderan. Ya, kalau segitu, biasanya Rp 20.000 sampai Rp 30.000 per hari. Ya cukup tidak cukup, ya dicukupkan untuk biaya makan sehari-hari. Biasa juga, sehari tidak dapat orderan karena kebanyakan penumpang men-cancel orderan. Ya, mau diapa, saya syukuri saja, Pak," kata Andika saat ditemui di pangkalannya, Sabtu (24/2/2018) sore.

Dengan menjadi tukang ojek online, Andika kini bisa lebih berbangga hati karena bisa melepas pekerjaannya sebaga pengamen yang digelutinya selama puluhan tahun. Dia pun pernah mengemis saat masih kecil namun tidak bertahan lama.

"Saya pernah juga mengemis waktu kecil, pada usia 6 tahun. Tapi saya tidak bisa bertahan lama. Saya pun mengamen dengan menyanyi saja. Dari hasil menyanyi-nyanyi, saya coba sisipkan uang untuk membeli gitar. Saya terus belajar main gitar, tapi tidak bisa karena tangan kananku ini kaku tidak bisa digerakkan," tuturnya.

Dengan adanya ojek online, Andika pun berpikir untuk beralih profesi dan membeli sebuah motor matik dari tabungannya puluhan tahun mengamen. Dengan motor yang beroda dua, tentunya Andika tidak dapat mengendarainya. Ia pun harus memodifikasi motornya dari roda dua menjadi roda tiga agar mudah dikendarai.

"Saya mau punya pekerjaan yang lebih baik, bukan menjual suara di jalanan lagi. Tapi pekerjaan yang membutuhkan perjuangan. Alhamdulillah, saya beralih profesi sejak akhir tahun 2017 lalu," kata Andika.

Andika mengaku senang bergabung komunitas ojek online. Ia merasa mendapat keluarga baru. Ketika mengalami kesulitan di jalanan, Andika sering dibantu teman-temannya sesama pengemudi ojek online.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com