Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir di Gunungkidul Disebut Mirip Jepang karena Airnya Jernih

Kompas.com - 30/11/2017, 20:30 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pasca hujan deras, Selasa (28/11/2017), di Dusun Wediwutah, Desa Ngeposari, Gunungkidul, Yogyakarta, muncul sebuah danau seluas puluhan hektar.

Tak seperti air banjir pada umumnya, air di sini jernih tak ada kotoran. Fenomena ini menjadi viral di media sosial.

Kepala Dukuh Wediwutah, Diarto mengatakan, air mulai menggenangi daerahnya pada Selasa. Sejak itu, debit air terus naik. Ia memperkirakan, air bersumber dari sumber air Wireneng, yang debitnya naik saat curah hujan tinggi.

"Menurut cerita sumber tersebut berasal tujuh sungai bawah tanah, dan menuju ke laut melalui satu jalur," katanya ditemui di lokasi Kamis (30/11/2017).

(Baca juga : Rumahnya Kena Banjir, Kerabat SBY Diungsikan )

Berbeda dengan air banjir yang biasanya berwarna coklat keruh, air yang keluar cenderung bening berwarna kehijauan jika dilihat dari puncak tertinggi. Air tersebut sudah menggenangi puluhan hektar lahan pertanian.

Selain itu, air menutup salah satu jalan antar-dusun dan hampir menggenangi sebuah peternakan ayam milik warga.

"Ketinggian air sekitar 20 meter. Ada togor (tiang) listrik tidak kelihatan, malah air semakin tinggi. Jika dilihat dari sumbernya, airnya terus keluar," ungkapnya.

Diarto mengatakan, sehari-hari, sumber air digunakan untuk mencuci dan memasak. Sebab, sumber air tersebut dikenal cukup bersih. "Biasanya hujan deras meluap hanya sampai jalan antar dusun tidak seperti ini, kalau ini berbeda dari biasanya," ucapnya.

(Baca juga : Banjir Masih Menggenang, Ribuan Warga di Gunung Kidul Mengungsi )

Fenomena air keluar ini menjadi viral di media sosial. Sejak Jumat siang hingga petang lokasi tersebut dikunjungi ribuan orang untuk memastikan kebenaran. Tak hanya berfoto, mereka ada yang mencuci muka karena melihat kesegaran air.

Bahkan, tidak sedikit yang mencoba rasa air di sana karena beredar informasi jika air terasa asin, tetapi setelah dirasakan tawar.

Seperti Edo warga kecamatan Playen, rela datang untuk melihat fenomena itu. Ia mengaku kaget di tengah pegunungan karst muncul air jernih, tidak keruh seperti banjir pada umumnya.

"Bagus sekali karena airnya jernih dan berada di sela perbukitan karst, sehingga menyejukkan mata memandang," tutupnya.

Kompas TV Siklon cempaka mengakibatkan cuaca ekstrem, khususnya di pulau Jawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com