Menurutnya beberapa bagian alat tenunnya seperti boom, karap, dan torak, masih bisa digunakan dengan baik sampai saat ini.
Tohirin khawatir jika menjual alat tersebut maka dirinya tidak memiliki kegiatan. "Kalau alatnya tidak ada saya mau bekerja apa," ucapnya.
Setiap kain yang dihasilkan Tohirin sepanjang 3 meter dibanderol dengan harga hanya Rp 90.000. Dalam sehari, mesin tenun Tohirin mampu digunakan untuk memproduksi paling banyak 8 meter kain.
Kendala yang dihadapi adalah proses pengeringan benang, karena akhir-akhir ini cuaca kurang baik. Dirinya meminta kepada pelanggannya untuk bersabar, karena waktu pengerjaan bisa mencapai dua bulan.
"Hanya mengandalkan sinar matahari (untuk pengeringan). Itu belum memintal dan membuat polanya karena prosesnya panjang," ujarnya dalam Bahasa Jawa.
Bagi Tohirin, membuat kain tenun lurik bukan sekadar pekerjaan yang menghidupi keluarganya, namun lebih pada sebuah upaya menjaga dan melestarikan karya warisan leluhur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.