Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SD di Gorontalo Utara Ini Terpaksa Belajar Bareng Anjing

Kompas.com - 04/10/2017, 13:47 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

Di bawah becek, dari atas seng karatan yang berlubang meneteskan air. Sehingga konsentrasi siswa terganggu, proses kegiatan belajar pun terhenti.

Tidak hanya itu, di sekolah ini tidak ada air meskipun ada kamar mandi. Jika ada yang buang hajat mereka ke pembuangan milik warga sekitar.

Dalam kondisi seperti ini, SDN 7 Biawu ini hanya memiliki 9 orang guru. Dua orang berstatus aparat sipil negara (ASN) termasuk Jikran Jou, 4 tenaga honorer daerah, dan 3 guru tidak tetap lepas.

“Guru berstatus honorer gajinya sudah dianggarkan pemerintah sebesar Rp 700.000 setiap bulan, namun 3 orang guru tidak tetap ini tidak ada dananya untuk menggaji. Biasanya kami ambilkan dari dana bos sebesar Rp 200.000 sebulan,” kata Jikran.

Gaji yang sudah minim ini ternyata sering terlambat diterima guru. Tak jarang Jikran Jou menyisihkan uang pribadinya untuk menambah kekurangan yang diterima guru-guru. Faktor ini  sebut dia, membuat guru-guru harus merangkap kerja di tempat lain untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Sementara mengharapkan dana bantuan dari orangtua murid juga tidak mungkin dilakukan. Karena selain melanggar aturan,  kondisi para orangtua murid tidak memungkinkan. Mereka mayoritas bekerja sebagai petani dengan penghasilan pas-pasan.

“Kalau ada kayu yang lapuk, kami biasa minta sumbangan bambu dari orangtua. Mereka ikhlas memberikan,” kata Jikran.

Baca juga: Sekolah Beratapkan Daun dan Berlantai Kerikil, Anak-anak Ini Tetap Semangat Belajar

Meski serba terbatas, para guru dan murid SD itu tetap bersemangat. Bahkan siswa dari sekolah darurat ini pun memiliki prestasi di cabang olah raga atletik yang mewakili Provinsi Gorontalo ke Jakarta.

Menurut Jikran, pihaknya sudah berupaya meminta bantuan pemerintah untuk mengatasi masalah sarana pendidikan yang serba kurang ini. Namun hingga kini belum ada kelanjutan.

“Saya sudah utarakan di depan Bupati Gorontalo Utara Indra Yasin dan Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, sampai sekarang saya masih menunggu bantuan untuk masa depan pendidikan anak-anak.  Gorontalo juga Indonesia,” kata Jikran Jou.

Bagi Jikran Jou, masa depan siswanya juga masa depan bangsa Indonesia. Sehingga harus diisi dengan ilmu pengetahuan dan akhlak.

Di era sekarang tidak mudah mendidik siswa, lalu lalang informasi dan pengaruh budaya asing sepanjang hari di depan mereka. Namun dalam keterbatasan sarana belajar ini, Jikran Jou ini berharap anak didiknya kelak menjadi orang yang berguna dan berprestasi.

Dari ruang kelas yang reyot ini, kegaduhan siang terdengra. Bel jam pulang terdengar. Siswa pun berhamburan pulang. Masing-masing dengan tingkah polahnya menyusuri jalan desa yang panas.

Sejumlah guru, termasuk Jikran Jou yang mengendarai motor setiap hari membonceng siswa-siswanya yang searah perjalanan pulangnya.

Bohulo juga adalah Indonesia, masih banyak perjuangan yang harus dilakukan. Untuk generasi masa depan yang lebih baik.

Kompas TV Kemeriahan hari batik nasional sudah terasa sejak hari Minggu (1/10) kemarin dalam Karnaval Batik Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com