Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Siswa Bersekolah di Perbatasan, Agus Berangkat Dini Hari dan Fitri Terpaksa "Ngekos"

Kompas.com - 11/09/2017, 20:44 WIB
Sukoco

Penulis

Kompas TV Mereka memiliki cara tersendiri dalam memperingati hari ulang tahun ke-72 Indonesia serta mengungkapkan rasa nasionalisme.

SMKN 1 Seimenggaris merupakan satu-satunya sekolah lanjutan atas yang berada di wilayah perbatasan. Mayoritas siswanya merupakan anak-anak para TKI yang bekerja di ladang sawit di Negara Malaysia.

Sulitnya mendapat pendidikan lanjutan menengah maupun atas membuat para TKI memilih menyekolahkan anak mereka ke sekolah di Indonesia yang paling dekat dengan tempat mereka bekerja.

Baca juga: Berita Foto: Perjuangan Siswa SD hingga Pengendara Motor Seberangi Sungai dengan Tali

Salah satu siswa kelas X otomotif SMKN 1 Seimenggaris, Sulaiman (17) adalah siswa yang lahir dan besar di Kota Kuna, Malaysia. Dari SD hingga SMP kelas 2, Sulaiman mengaku beruntung bisa bersekolah di sekolah kerajaan Malaysia.

Namun dia tidak bisa mengikuti ujian di SMP karena bukan warga Malaysia. Sulaiman akhirnya terpaksa pindah sekolah ke sebuah SMP di Seimenggaris. Setelah lulus dari SMP, Sulaiman melanjutkan sekolah ke SMKN 1 Seimenggaris. Sulaiman mengaku sudah satu tahun lebih tidak bisa bertemu dengan orangtuanya.

"Di sini numpang di rumah warga. Keinginan saya mau kuliah kalau dapat beasiswa. Kalau cita-cita ingin masuk TNI AU," ujarnya.

Bangun rumah singgah

Kesulitan para siswa SMKN 1 Seimenggaris tak luput dari perhatian kepala sekolah. Kepala SMKN 1 Seimenggaris, Rusmini mengatakan, saat ini pihaknya hanya bisa meminta para siswa yang rumahnya jauh untuk mencari tumpangan hidup di rumah saudara mereka atau rumah warga yang berada tak jauh dari lingkungan sekolah.

Bagi siswa yang harus pulang pergi sementara rumahnya jauh, dia juga menyarankan agar menumpang motor temannya yang satu jurusan. Hal ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan mengingat seluruh jalan yang dilalui siswanya merupakan perkebunan sawit yang selain licin juga sepi.

Rusmini menambahkan, pihaknya saat ini masih mengupayakan terbangunnya rumah singgah bagi siswanya yang berasal dari desa yang jauh dari sekolah. Keberadaan rumah singgah saat ini sangat dibutuhkan oleh para siswa yang rumahnya sangat jauh. Sebab, kebanyakan dari mereka berasal dari keluaga yang kurang mampu sehingga tidak punya biaya untuk mengontrak.

Saat ini, dari 162 siswa yang menuntut ilmu di SMKN 1 Seimenggars, lebih dari separuhnya merupakan anak-anak TKI yang bekerja di Malaysia.

"Masih dalam rencana. Kalau lahan ada tapi anggaran belum ada. Insya Allah kita akan bisa membangun nanti, karena siswa sangat membutuhkan rumah singgah,” ujar Rusmini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com