Direktur Lingkar Institute, Iswadi, menyebutkan, pihaknya ikut menandatangani kesepahaman dengan MUI untuk perang melawan pemburu dan penjual harimau sumatera.
“Populasi harimau sumatera hasil observasi di beberapa kawasan hutan memang terus berkurang akibat perburuan. Meski penegakan hukum telah dilakukan, tapi perburuan masih terjadi. Kami melihat MUI memiliki peran strategis dalam membangun kesadaran masyarakat untuk menghentikan aktivitas perburuan," ujar Iswadi.
Selain LSM lokal, lembaga non-pemerintah dari luar negeri pun seperti Konsorsium Kebun Binatang yang berbasis di London, Inggris, Century 21 Tiger dan Kebun Binatang Auckland, ikut mendukung gerakan MUI Rejang Lebong.
“Aksi ini mendapatkan perhatian luas dan disuport oleh jaringan internasional yang berbasis di Inggris. Mereka menyadari bahwa harimau sumatera yang sudah langka harus dilindungi dan diselamatkan, Indonesia tentu sangat berterima kasih,” ungkap Iswadi.
Selain melakukan penyadaran masyarakat melalui pendekatan keagamaan, Lingkar Institute juga menggelar patroli rutin di Kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) dengan misi membersihkan jerat harimau dan pendataan populasi harimau.
Dalam satu bulan, setidaknya terdapat satu tim terdiri dari 5 orang melakukan patroli rutin ke wilayah TNKS. Perjalanan patroli bisa memakan waktu lima hari hingga satu pekan menjelajahi hutan sambil membersihkan jerat.
“Selama patroli kami menemukan puluhan jerat harimau yang dipasang pemburu, jerat itu kami hancurkan,” ungkap Iswadi.
Baca juga: Populasi Harimau Sumatera di Bengkulu Tinggal 17 Ekor
Tahun 2018, Lingkar Institute akan melakukan pendekatan pada siswa dan guru sekolah menengah pertama (SMP) dalam upaya membangun kesadaran pelajar untuk melindungi dan menyelamatkan harimau sumatera.
“Kita berharap program dan mata pelajaran di SLTP ada menyinggung soal penyelematan dan pelestarian harimau sumatera. Kesadaran harus juga dimulai dari anak-anak, yakni pelajar,” demikian Iswadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.