Namun Hasan Munadi meminta syarat. Salah satu soko yang hendak dibuat untuk Masjid Agung Demak, dikirim ke Ungaran. Sebab saat itu, Hasan Munadi tengah membangun sebuah masjid untuk tempat pembelajaran agama Islam bagi masyarakat di kaki Gunung Ungaran.
Permintaan ini disanggupi Sunan Kalijaga dan langsung dikirim para prajurit Kesultanan Demak Bintoro kala itu. "Jadi masjid ini lebih tua dari Masjid Agung Demak, karena lebih dulu berdiri," tandasnya.
Seiring bertambahnya usia dan umat Islam semakin berkembang, Masjid Subulussalam ini mengalami beberapa kali renovasi. Setidaknya, sejak tahun 1985 hingga sekarang tercatat lima kali renovasi.
(Baca juga: Menikmati Takjil Bubur Lodeh, Tradisi Buka Puasa dari Abad ke-16)
Bangunan asli dari kayu tidak bisa dipertahankan, diganti dengan batu bata dan beton. Sedikit yang bisa dipertahankan, salah satunya adalah empat soko ini.
"Sirap (genting dari kayu), beberapa kayu dan dinding jati masih kita simpan di tempat yang aman. Sedangkan mimbar dan tongkat khotbah asli peninggalan Mbah Hasan Munadi akan kita pasang setelah renovasi selesai," ujarnya.
Soko yang asli sekarang ini sudah dibungkus dengan kayu ukiran yang bagian atasnya membentuk empat sudut langit-langit. Namun jika melongok dari lantai tiga masjid, dengan jelas akan terlihat susunan balok-balok kayu berusia sangat tua pada bagian atas soko.
Selain empat soko, bagian masjid peninggalan Hasan Munadi yang masih dipertahankan adalah sebuah molo atau kubah masjid.
Molo (o, dibaca seperti kata foto) yang pertama kali digunakan adalah molo yang terbuat dari tanah berbentuk seperti kendil berdiameter sedikit lebih besar dari ukuran bola voli.
Molo dari tanah liat ini tidak terihat karena tertutupi molo berikutnya yang terbuat dari tembaga. "Setiap kali ganti molo, maka molo yang baru ini akan diletakkan di atas molo yang lama," imbuhnya.
Ketokohan Syekh Hasan Munadi dengan para wali yang tergabung dalam Walisongo memang tidak bisa diperbandingkan.
Kerajaan Islam Pertama di Jawa
Namun dari budaya tutur yang berkembang, khususnya di Kabupaten Semarang dan sekitarnya meyakini bahwa keberadaan Syekh Hasan Munadi mengiringi berdirinya kerajaan Islam pertama di Jawa, yakni Kesultanan Demak Bintoro yang diperintah oleh Raden Patah.
Alkisah, dua orang cantrik bernama Jin Bun dan Raden Bambang Kartonadi telah selesai berguru kepada Raden Muhammad Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel di padepokan Ampeldenta, Jawa Timur.