PONOROGO, KOMPAS.com - Sebanyak 293 jiwa warga Desa Dayakan, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, mengungsi menyusul tanah retak yang melanda perbukitan desa itu.
"Totalnya sudah 293 jiwa yang mengungsi ke tempat yang aman. Warga Desa Dayakan mengungsi di delapan rumah yang dinilai aman berlindung dari terjangan tanah longsor," kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ponorogo, Sumani, Jumat ( 7/4/2017) siang.
Baca juga: Tanah Retak di Perbukitan Badegan-Ponorogo, 80 Warga Mengungsi
Sumani mengatakan, warga yang bermukim di lereng perbukitan mulai mengungsi sejak kemarin, tadi malam hingga hari ini. Mereka mengungsi lantaran waswas bakal terjadi bencana tanah longsor seperti di Desa Banaran.
Tak hanya itu, retakan tanah dilaporkan makin melebar dan beberapa dinding rumah mengalami retak akibat tanah yang bergerak.
Untuk kebutuhan makan dan minum pengungsi, Sumani mengatakan sudah membuat dapur umum. Hanya saja, peralatan masak yang ada masih minim. Pasalnya, topografi di Desa Dayakan lebih sulit dibandingkan Desa Banaran.
Sumani menjelaskan, area Dayakan jauh lebih luas dibandingkan lokasi bencana di Banaran. Tak hanya itu, infrastruktur yang terbatas membuat petugas kesulitan mengangkut logistik ke titik-titik pengungsian.
Baca juga: TNI Bangun 2 Barak untuk Pengungsi Tanah Longsor Ponorogo
Tentang kondisi di lokasi, Sumani mengatakan, suara gemuruh tidak terdengar lagi. Kendati demikian, tetap diwaspadai mengingat curah hujan di wilayah Ponorogo masuk zona merah.
"Kontur tanah di Dayakan berbeda dengan Banaran. Kalau di Banaran kontur tanahnya lempung campur pasir, maka di Dayakan kontur tanahnya berbatu," ungkap Sumani.