Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanah Retak di Trenggalek, Rumah Warga Rusak Parah

Kompas.com - 01/12/2016, 14:27 WIB
Slamet Widodo

Penulis

TRENGGALEK, KOMPAS.com – Salah satu rumah milik warga di Trenggalek Jawa Timur, rusak parah akibat terjadinya tanah retak, Jumat (1/12/2016).

Tanah mengalami retak sepanjang sekitar 100 meter lebih dengan lebar sekitar antara 1 meter hingga 3 meter.

“Benar telah terjadi retakan tanah yang mengakibatkan satu rumah milik warga rusak parah. Anggota kami setiap hari dilokasi bersama dari koramil,melakukan pemantauan situasi dan kondisi,” ujar Kapolsek Pule Iptu Suradji.

Tanah retak yang terjadi RT 16 Dusun Dorosari, Desa Sidomulyo, Kecamatan Pule, Kabupaten Trenggalek, ini merusak rumah milik warga bernama Sunarti (40).

Lebih dari separuh bangunan hancur akibat retakan tanah hingga akhirnya amblas. Setiap terjadi hujan deras, tanah yang retak mengalami amblas dan kini kedalamannya mencapai sekitar 4 meter.

Retakan kecil juga banyak muncul di area lahan seluas sekitar satu hektar lebih ini.

“Banyak sekali terjadi retakan yang kecil–kecil di sekitar lahan dan tidak menutup kemungkinan akan melebar dan kami minta kepada warga sekitar agar senantiasa waspada,” ujar perangkat Desa Sidomulyo, Suparji.

Awal mula kejadian ini, sekitar lima hari yang lalu terdapat retakan kecil di samping rumah milik Sunarti.

Seiring hujan yang mengguyur secara terus menerus selama lima hari terakhir, retakan ini semakin besar hingga akhirnya melebar. Pada saat terjadi retakan yang besar hingga tanah amblas, Sunarti merasakan seperti ada gempa. Ketika Sunarti keluar untuk melihat situasi, retakan yang besar sudah merusak bagian teras rumah.

“Pada saat saya melihat acara televisi, tiba tiba terasa seperti gempa. Saya lari ke luar membawa lampu senter, saya melihat tanah retak lebar sekali dan teras rumah rusak,” ujar Sunarti.

Karena menyadari situasi semakin parah, Sunarti memutuskan untuk mengungsi ke rumah orangtuanya yang lokasinya lebih aman. Hingga saat ini, retakan dan penurunan tanah terjadi setiap hari. Setiap hari setelah hujan turun, retakan dan penururunan tanah mencapai 15 cm hingga 50 cm.

“Saya takut menempati rumah ini lagi. Mungkin saya dan keluarga akan memilih pindah tempat dan membangun kembali rumah seadanya,” ucap Sunarti.

Akibat retakan ini, sejumlah permukiman warga di wilayah tersebut terancam terkena dampak penurunan tanah.

Kepala Desa Sidomulyo, Wahyono, menduga, retakan dan penurunan tanah ini terjadi akibat adanya sumber air di bawah lahan ini sehingga curah hujan yang tinggi dan kandungan air di dalam tanah tidak mampu menahan sehingga tanah bergerak.

“Kondisi retakan di lahan ini semakin hari semakin menghawatirkan. Hal ini terjadi karena adanya endapan lumpur di bawah tanah. Sebab saya melihat ada lumpur yang keluar dari retakan tanah masuk ke sungai,” tutur Wahyono.

Atas musibah ini, Wahyono mengaku, pemerintah desa sudah melakukan koordinasi ke tingkat kecamatan. Pihaknya belum berani mengambil keputusan terkait pencegahan karena kondisi tanah masih labil dan terus bergerak.

“Kami sedah melakukan koordinasi ke tingkat kecamatan sejak awal terjadi retakan. Namun kami belum bisa mengambil tindakan karena kondisi tanahnya masih labil,” ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com