“Sulam karawo seakan berhenti sebagai hiasan baju, semua perajin memproduksi sulaman hanya untuk tujuan busana. Sesekali untuk taplak, sapu tangan atau lainnya. Padahal saya melihat masih terbuka untuk pengembangannya,” jelas Abhie.
Salah satu impiannya adalah mengerjakan desain sulaman ini untuk gorden. Ini yang belum dijumpai saat ini. Padahal, bagi kaum wanita Gorontalo, gorden menempati posisi yang istimewa dalam rumah tangga.
Gorden adalah perangkat yang harus ada dan harus menarik. Bahkan banyak rumah yang selalu mengganti gordennya setiap tahunnya saat menjelang Idul Fitri.
“Proyek saya adalah mengenalkan gorden berhias sulam karawo, ini akan memberi nilai lebih pada rumah tangga di Gorontalo, termasuk di instansi pemerintah dan swasta,” ungkap Abhie.
Sebagai identitas budaya Gorontalo, sulaman karawo harus hadir mewah dan memesona di ruang tamu, hotel, lobi, atau tempat lainnya. Gorden akan menjadi sarana untuk mengekspos keindahan sulaman khas Gorontalo ini.