Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tangan Abhie, Sulaman Karawo Khas Gorontalo Jadi Lebih Mewah

Kompas.com - 19/11/2016, 16:23 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

GORONTALO, KOMPAS.com – Bagi Abhie, panggilan akrab Abidin Ishak (37), sulaman karawo adalah hidupnya. Dunia karawo telah memberi ruang bagi kreativitasnya.

Sebagai orang muda Gorontalo, ia bangga menjadi desainer busana yang berbahan dasar sulaman karawo. Sudah sulit menghitung berapa banyak busana yang dihasilkannya.

Sulaman karawo adalah khas Gorontalo yang proses pengerjaannya sulit dilakukan. Bahkan perajinnya hanya kaum wanita yang memiliki ketelitian dan kesabaran yang tinggi.

Seperti halnya kaum muda Gorontalo lainnya, Abhie juga menginginkan pendidikan yang baik.

Seusai menamatkan SMA, ia pun memilih kuliah di Kota Makassar jurusan arsitektur. Namun kuliahnya berhenti di tengah jalan. Lalu ia melanjutkan studi ke jurusan yang sama di Kota Manado, Sulawesi Utara.

“Saya juga tidak tamat di Fakultas Teknik di Manado,” kata Abhie tertawa, Minggu (19/11/2016).

Dua kali drop out dari bangku kuliah, ia kemudian menekuni desain busana berbahan baku kain sulaman karawo. Tidak mudah baginya untuk memahami jenis kain dan teknik sulaman karawo.

Abhie hanya mahir menuangkan imajinasinya pada sketsa yang dibuatnya sendiri. Seiring waktu dan proses beradaptasi pada dunia sulam-menyulam ini, akhirnya ia dapat mengenali karakteristik sulaman karawo.

Tidak hanya itu, ia juga mengenal masyarakat yang terlibat dalam proses ini. Mulai dari hulu hingga hilir, para pelaku usaha, perajin, distribusi hingga pemakai kain sulaman ini.

Sudah banyak sulaman karawo yang digunakan untuk keperluan busana, taplak meja, jilbab, sarung, kain penutup atau tatakan gelas. Bahkan peci dan sepatu wanita pun ada yang berhias sulam karawo.

Sebagai orang yang lahir di Gorontalo, Abhie ingin karawo lebih fungsional dan lebih variatif daripada saat ini. Ia melihat banyak peluang yang bisa dilakukan di dunia sulaman ini.

 

“Sulam karawo seakan berhenti sebagai hiasan baju, semua perajin memproduksi sulaman hanya untuk tujuan busana. Sesekali untuk taplak, sapu tangan atau lainnya. Padahal saya melihat masih terbuka untuk pengembangannya,” jelas Abhie.

Rosyid Azhar Seribu orang perempuan penyulam karawo berkumpul untuk membuat sulaman di Lapangan Taruna Remaja Gorontalo. Mereka memecahkan rekor MURI untuk jumlah penyulam terbanyak dalam satu kegiatan.

Salah satu impiannya adalah mengerjakan desain sulaman ini untuk gorden. Ini yang belum dijumpai saat ini. Padahal, bagi kaum wanita Gorontalo, gorden menempati posisi yang istimewa dalam rumah tangga.

Gorden adalah perangkat yang harus ada dan harus menarik. Bahkan banyak rumah yang selalu mengganti gordennya setiap tahunnya saat menjelang Idul Fitri.

“Proyek saya adalah mengenalkan gorden berhias sulam karawo, ini akan memberi nilai lebih pada rumah tangga di Gorontalo, termasuk di instansi pemerintah dan swasta,” ungkap Abhie.

Sebagai identitas budaya Gorontalo, sulaman karawo harus hadir mewah dan memesona di ruang tamu, hotel, lobi, atau tempat lainnya. Gorden akan menjadi sarana untuk mengekspos keindahan sulaman khas Gorontalo ini.

Susahnya bikin karawo

Karawo adalah ikon kain Gorontalo. Apapun kain itu digunakan, sulaman karawo dapat mengikutinya. Keindahan ini terpancar dari kombinasi warna beberapa benang dalam satu motif sulaman, juga harus kompak dengan warna dan tekstur kain.

Rosyid Azhar Serat benang yang diiris dengan dengan hitungan tertentu membentuk pola srimin yang kemudian disulam dengan benang. Pemilihan warna dan mengombinasikannya yang baik akan menghasilkan sulaman yang memesona

Seni membuat kompak elemen sulaman ini adalah tantangan tersendiri bagi perajin sulam karawo di Gorontalo, termasuk desainernya. Pada mereka, sulaman ini dipercayakan untuk masa depan adibusana Gorontalo. Ini tugas yang diemban Abhie.

Ia tidak ingin karawo hanya menempel tanpa makna dan keindahan. Ia ingin memulainya dari pemilihan kain, benang, warna dan motif.

Memadupadankan elemen sulaman karawo bukan perkara mudah. Kesulitan justru pada awal pengerjaan. Memilih helai demi helai serat kain untuk diiris, jaraknya harus benar, caranya tidak boleh salah dan kesabaran tidak boleh berhenti.

“Bayangkan jika yang diiris adalah kain sutera yang berwarna hitam, ini pekerjaan paling sulit, hanya bisa dilakukan oleh orang tertentu,” ujar Abhie.

Sulitnya memilih serat untuk dipotong ini membuat perajin karawo tidak pernah bertambah.

 

Proses pemilihan serat kain ini dilanjutkan dengan pemotongan sehingga membentuk pola strimin. Dari pola ini kemudian benang disulamkan menyusup di antara kumpulan serat benang yang ada. Pola desain harus bisa diterjemahkan oleh perajin.

Memilih serat dan mengiris benang adalah pekerjaan yang berbeda dengan menyulam. Bisa saja pengiris serat kain berkeahlian menyulam, namun tidak semua penyulam adalah pengiris serat kain. Ini rumitnya kerajinan sulaman karawo Gorontalo.

“Di sinilah saya berperan memilih jenis kain, benang, warna yang disatukan dalam motif yang diinginkan. Ini pekerjaan sulit,” jelas Abhie.

Upaya memuliakan sulaman karawo sudah lama dilakukan semua pihak. Mereka berlomba memproduksi sulaman di berbagai jenis kain. Namun perkembangan ini tidak mampu memenuhi selera konsumen yang terus berubah.

Ciptakan kreasi baru

Kebutuhan menciptakan kombinasi elemen dan motif sulaman karawo terus menjadi tantangan para perajin, pengusaha dan desainer di Gorontalo.

“Saya ingin penggunaan sulaman karawo ini lebih kreatif, tidak stagnan meskipun motif sulaman dan warna kainnya berubah setiap saat,” kata Abhie gelisah.

Alim Dunda KFL Sulam karawo yang menjadi dasar adibusana saat dikenakan model. Kemewahannya terpancar dari pemilihan dan kombinasi benang yang digunakan selain bahan kainnya

Kegelisahan Abhie ini didasarkan atas penempatan motif sulaman selalu pada bagian dada dan lengan. Ke depan, penempatan motif ini harus bisa lebih kreatif.

Untuk itu, ia mengembangkan motif-motif sulaman lebih kreatif, bentuk-bentuk tradisional yang selama ini didominasi bentuk bunga.

“Alam Gorontalo memberi ruang inspirasi yang tak terbatas, juga dunia maya menyuguhkan hal baru. Keduanya bisa dikombinasikan dalam penerapan desain karawo,” papar Abhie.

Dengan terus belajar dan berkarya, Abhie ingin sulaman karawo menjadi busana yang dikenal masyarakat luas seperti halnya batik.

“Sekarang busana karawo banyak yang meminati, bahkan ada orang ada yang tidak percaya ini sulaman karawo,” ujarnya.

Namun diakuinya ada kelemahan dalam teknik sulam karawo saat ini. Ia menemukan baju karawo yang menggunakan benang metalik jika terkena panas setrika akan mengerut. Akibatnya, pola strimin pada kain semakin menampakkan lubangnya.

Kelemahan lainnya adalah keterbatasan warna benang yang digunakan untuk menyulam. Ia berharap aneka warna benang dapat digunakan secara baik oleh perajin.

“Perajin sulam juga harus berani mengeksplor ide dan penempatan motif, yang abstrak nyaris tidak ada, padahal ini juga motif yang menarik,” jelas Abhie.

Dunia sulaman karawo memang dinamis, perkembangannya dipengaruhi oleh faktor lain terkait tren mode. Dinamika ini harus diikuti oleh para desainer dan perajin sulam lainnya.

Misalnya tren tahun depan adalah warna-warna yang lebih lembut dan mendominasi busana.

Sulaman karawo memang telah lama dikenal masyaraka Gorontalo. Ada simpang siur kapan sulaman ini mulai muncul. Namun ada orang yang mengatakan bahwa sulaman ini dikenalkan bangsa Belanda pada awal abad XX saat mereka bercokol di Gorontalo.

Mengutip buku karya almarhum Hamzah Neu, mantan Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Gorontalo, perajin karawo Arfa Hamid mengatakan, sulaman ini ada sejak tahun 1917.

Kaum wanita Belanda membuat sulaman dari kain yang membentuk pola strimin. Kerajinan ini kemudian dikenalkan kepada kaum perempuan pribumi.

Di era 1980-an, menurut Yus Iryanto Abas, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Gorontalo, sulaman karawo dulunya hanya menghiasi baju-baju koko yang dikenakan orangtua saat takziyah atau pengajian di desa-desa pinggiran Kota Gorontalo dan Limboto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com