Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Aspal hingga Santunan Miliaran Rupiah, Memori Warga tentang Dimas Kanjeng

Kompas.com - 07/10/2016, 13:38 WIB
Ahmad Faisol

Penulis

Kepala Desa Wangkal Samsuri menuturkan bahwa Dimas Kanjeng memberikan perhatian pada urusan kepemudaan dan olahraga. Terbukti, desanya sering dibantu jika ingin menggelar kegiatan yang melibatkan para pemuda desa, misalnya acara selamatan desa yang dimeriahkan dengan karnaval, gerak jalan, dan lomba sepak bola dan voli, 29 Oktober 2014.

Santunan miliaran rupiah

handout Dimas Kanjeng Taat Pribadi saat menemui pengikutnya dalam kegiatan di padepokan.
Tak hanya sumbangan, Dimas Kanjeng juga disebut selalu memberikan santunan hingga miliaran rupiah. Pada 12 Agustus 2012, misalnya, dia bersedekah kepada fakir miskin dan anak yatim sejumlah 10.000 orang. Tiap orang diberi Rp 100.000.

Santunan itu diberikan di halaman padepokan yang luas. Sebelum menerima bantuan, ribuan fakir miskin itu terlebih dulu diberikan siraman rohani oleh para ulama.

Pemberian santunan itu mendapatkan pengamanan dari ratusan polisi. Para penerima santunan kali ini difokuskan pada 100 persen warga Kabupaten Probolinggo dan umumnya merupakan jamaah dari padepokan yang dipimpin Dimas Kanjeng.

“Saya hanya ingin berbagi di Bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Semoga kegiatan ini bisa mengetuk hati orang-orang yang memiliki harta lebih untuk peduli pada saudaranya yang kurang mampu,” ujar Dimas Kanjeng waktu itu.

Prapto mengatakan, sejumlah warga miskin dan anak yatim di desa setempat juga kerap menerima santunan dari Kanjeng masing-masing Rp 100.000, pada saat peringatan Maulid Nabi, Isra' Mi'raj, Tahun Baru Islam, Ramadhan, dan Idul Adha.

Pemberian santunan di hari besar keagamaan terus berlangsung hingga 2016 oleh Dimas Kanjeng yang diketahui merupakan anak mantan Kapolsek Gading.

"Ilmu gaib"

KOMPAS.com/Ahmad Faisol Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo.
Bagi para santrinya, uang berlimpah dipercaya datang dari kemampuan Dimas Kanjeng mendatangkan duit puluhan juta rupiah dalam hitungan menit. Ada pula klaim, uang Rp 1 miliar datang hanya dalam setengah jam. Lalu tak hanya uang, benda-benda berharga dalam sekejap mata juga bisa ia datangkan.

Saat berdemonstrasi mendatangkan uang, Dimas hanya duduk di kursi kosong, menggunakan wewangian, dan kedua tangannya disimpan di belakang punggungnya. Dari balik punggung itu, Dimas bisa mendatangkan uang miliaran, emas, cincin, hingga jam Rolex, sesuai permintaan.

“Itu ilmu gaib. Uangnya asli, karena bukan pake mesin, melainkan didatangkan dengan ilmu. Polisi pernah bolak-balik memeriksa keaslian uang itu,” ujar Dimas Kanjeng.

Pernah disinggung soal rumahnya yang biasa saja, bahkan terbilang agak sempit sedangkan dia bersedekah hingga miliaran, Dimas Kanjeng tak mempermasalahkannya. 

“Saya dilarang memperkaya diri sendiri oleh guru saya. Uang yang datang itu disuruh disedekahkan kepada fakir miskin,” ungkap Dimas.

W, warga Desa Wangkal, mengaku adalah teman sepermainan Dimas Kanjeng waktu kecil. Menurut dia, Dimas Kanjeng dulu pendiam. Dia tidak pernah menyangka, teman masa kecilnya itu akan punya padepokan dan santri hingga puluhan ribu.

"Saya juga tak pernah menyangka dia terlibat kasus pidana hingga ditangkap dan ditahan polisi. Setahu saya, keluarganya pernah ikut MLM Amalillah, bisnis yang bisa mengembangkan uang," kata W di tengah kerumunan warga saat Dimas Kanjeng ditangkap di padepokan.

(Baca juga: Di Balik Menterengnya Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com