Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Daffa, Momentum Menata Lalu Lintas Kota Semarang

Kompas.com - 21/04/2016, 16:09 WIB
Kompas TV Aksi Daffa Diapresiasi Wali Kota Semarang

Kepala SDN Kalibanteng Kidul 1 Eny Anggorowati menyebutkan, Daffa berpendirian kuat dan sikapnya keras. Kebiasaan Daffa di kelas selalu protes kalau melihat siswa lain atau guru tidak tertib. Misalnya, jika ada siswa membuang sampah seenaknya, pasti ditegur keras.

"Bahkan, saat ada guru mengajar bangun ruang tanpa menggunakan penggaris, dia protes dengan membujuk siswa-siswa dikelas untuk tidak mengikuti pelajaran. Alasannya, guru itu mengajar bangun ruang tanpa penggaris. Akhirnya, si guru minta maaf, lalu menggunakan penggaris," ujar Eny.

Semarang macet

Aksi Daffa memang memberi inspirasi banyak orang untuk mengajak siapa saja pengguna jalan tertib berlalu lintas. Trotoar bukan jalan kendaraan bermotor, melainkan untuk pejalan kaki.

Aksi Daffa di Jalan Jenderal Sudirman itu sebuah ironi. Di jalan protokol dekat Bandara Internasional Ahmad Yani sudah ada jalan layang sejak 2013. Dikatakan ironi, menurut pengamat transportasi Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, karena jalan layang itu tujuannya melancarkan arus lalu lintas.

Lokasi itu merupakan pintu masuk utama pendatang ke Semarang melalui bandara. Celakanya, jalan layang berfungsi searah saja menuju arah barat. Tidak heran kemacetan panjang melanda kawasan itu setiap pagi dan sore hari.

Kemacetan kerap terjadi di Kota Semarang sejak 2013. Ini menunjukkan ada ketidakseimbangan antara panjang jalan dan jumlah pertumbuhan kendaraan bermotor di kota berpenduduk 1,7 juta jiwa itu. Pada 2012, jumlah kendaraan bermotor sekitar 852.496 unit. Dari jumlah itu, 647.292 sepeda motor.

Ketika kendaraan bermotor tumbuh terus, Pemkot Semarang dinilai lamban membenahi jalan, baik melebarkan jalan maupun menyiapkan jalan lingkar dalam kota. Contoh jalan tidak berubah, misalnya, Jalan Menteri Supeno sepanjang 2,5 kilometer di belakang Kantor Gubernur Jateng. Sudah 10 tahun jalan itu masih dua lajur, belum dilebarkan empat lajur. Padahal, jalan itu vital untuk lalu lintas keseharian.

Djoko mengatakan, panjang jalan Kota Semarang masih 2.691 kilometer. Padahal, apabila 500.000 sepeda motor direntangkan bisa mencapai panjang 1.100 kilometer. Karena itu, tidaklah mengherankan, pada jam sibuk mulai pukul 06.00-08.00 dan pukul 16.00-18.00, hampir semua arah di Kota Semarang padat dan laju kendaraan macet atau jalan melambat.

Koordinator Koalisi Pejalan Kaki Semarang (KPKS), Theresia Tarigan, menilai, di samping memberi penghargaan kepada Daffa, sudah saatnya Wali Kota Semarang juga menegakkan penertiban terhadap pengendara sepeda motor. Petugas kepolisian harus tegas menindak pelanggar jalan.

Ketika panjang jalan tidak bertambah, tentu saja banyak pengendara sepeda motor memakai ruang privasi bagi pejalan kaki sebagai jalan alternatif lebih cepat mencapai tujuan. Upaya penertiban bisa dilakukan dengan membatasi kendaraan pribadi dan meningkatkan layanan transportasi massal supaya warga beralih ke angkutan umum yang nyaman, aman, dan murah. (Winarto Herusansono)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 April 2016, di halaman 24 dengan judul "Aksi Daffa, Momentum Menata Lalu Lintas Kota Semarang".

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com